Promise and Me
20.48
Diposting oleh Febby's Favorite
Title : Promise and Me
Author : Eun-Febby.Hae or Febby Fatma
Length :
3734 words, OneShort
Genre :
Family Story, Friendship, School Life, Etc…
Rating :
General
Cast :
·
Oh
Sehun as Jung Sehun
·
Jessica
Jung as Jung Sooyeon
·
Kim
Jongin as Kai
·
Lee
Donghae as Donghae
·
Lee
Taemin as Taemin
·
Kim
Taeyeon as Taeyeon
Di cerita kali ini
aku gak ngambil konflik tentang percintaan tapi lebih kehubungan saudara yang
menurutku sedikit aneh memang. Tapi abaikan saja kata ‘aneh’ itu.
Owh iya.. reader,
dalam cerita ini Sehun ganti marga lagi. Tadinya sih aku emang mau pake
marganya Sehun tapi Jessica-nya yang gak cocok pake marga Oh. Jadi Sehun yang
berkorban deh.. gapapa kan?? Dan di sini juga aku sengaja pake nama aslinya
Jessica eonni, yap, Sooyeon itu nama aslinya Jessica.. kalian pasti tau itu
kan?? Jadi gak usah kaget ya..
Udahlah.. pada
langsung baca aja ya?? Dan jangan lupa RCLnya Karena aku ini benci SR..
Good bye next story..
***
Seorang yeoja cantik sedang
berjalan di trotoar jalanan di tengan dinginnya salju bulan February yang
sangat dingin. Ini memang bukan puncak musim dingin tapi suhu sekarang sekitar
-4⁰
celcius. Cukup untuk membuat tubuh orang yang terlalu lama di luar rumah untuk
membeku .
Yeoja itu menenteng sebuah
bungkusan berisi dokkboki yang dia beli tadi di kedai dokkboki setelah
keluar dari restoran tempat dia bekerja. Dia hari ini kena sif pagi, sebenarnya dia sudah bisa pulang sejak jam 5 sore tadi. Tapi karena ada salah satu temannya yang meminta tolong karena harus datang telat, maka dia bersedia menggantikan posisi temannya itu.
keluar dari restoran tempat dia bekerja. Dia hari ini kena sif pagi, sebenarnya dia sudah bisa pulang sejak jam 5 sore tadi. Tapi karena ada salah satu temannya yang meminta tolong karena harus datang telat, maka dia bersedia menggantikan posisi temannya itu.
Sebuah senyum terulas di bibir
yeoja itu. Dalam angannya dia sedang membayangkan beberapa hal dan salah
satunya adalah seseorang yang akan dia temui selepas pulang kerja ini.
“Semoga saja dia belum tidur.”
Ucap yeoja cantik itu.
Dinginnya suhu seperti tak terasa
olehnya. Dia terlalu asik dengan angannya tentang orang yang akan dia temui
saat ini. Bayangan akan di sambut dengan senyuman oleh orang yang ada dalam
pikirannya lah yang mengalahkan dinginnya suhu saat itu.
Kaki yeoja itu masih terus
melangkan menyusuri gang kecil setelah dia tadi sudah melewati jalanan lebar
dan lumayan jauh.
Dia buka pintu rumahnya dan
berharap orang yang dia bayangkan selama perjalanan pulang itu akan
menyambutnya sama seperti dulu. Tapi harapannya musnah ketika dia melihat
seorang namja yang sedang bergulat dengan bantal gulingnya di kasur lantai yang
ada di rumah itu.
Yeoja itu hanya menghela nafas
berat dan berjalan masuk tanpa berniat untuk membuat namja tampan yang tengah
bermimpi indah itu terbangun atau bahkan hanya untuk sedikit terusik.
Akhirnya dokkbiki yang dia beli
hanya dia makan sendirian dan setelah makan malamnya itu dia memilih untuk
menyusul pergi ke mimpi mengejar namja yang tadi sudah memulai perjalanan menuju
mimpi lebih dulu.
Tapi sebelum tidur dia sempat
memandang namja tampan itu dengan senyum damai yang terulas di wajahnya.
“Aku selalu tenang saat kau
tertidur. Aku minta maaf kalau hari ini pulang telat.” Ucap yeoja itu sambil
mengelus lembut rambut namja itu.
“Besok, sebelum pergi bangunkan
aku.” Setelah berkata si yeoja cantik itu mulai menenggelamkan dirinya ke dalam
mimpi yang mungkin indah. Mengejar namja itu dalam mimpinya dan mengajak namja
itu main sama seperti dulu.
Semoga saja mimpinya akan seperti
itu.
>*_*<
‘Careless,
careless. Shoot anonymous, anonymous.
Heartless,
mindless. No one. Who care about me?’
Suara alarm yang ada di ponsel Sooyeon
berbunyi nyaring membangunkan yeoja cantik itu dari mimpi indahnya semalam.
Dengan sigap dia langsung membuka matanya dan hal pertama yang dia cari adalah
namja tampan yang sangat dia sayangi.
“Aku telat bangun lagi rupanya.”
Keluh yeoja itu saat dia tau kalau orang yang dia cari sudah tidak lagi ada di
dalam rumah itu. Pasti sudah pergi.
“Uhh!! Sooyeon babo!!” Sooyeon memukuli
kepalanya sendiri saat berkata menyesal tadi. “Coba saja aku bangun lebih pagi.
Aku bisa membuatkan dia sarapan. Dia jadi tidak perlu kelaparan sampai jam
istirahat.” Sesal Sooyeon lagi.
>*_*<
Namja yang pada nickname
seragamnya tertulis Jung Sehoon itu berjalan sambil menendangi aspal. Sesekali
jika dia menemukan batu maka batu itulah yang dia tendang.
“Aish!! Menyebalkan.” Keluh Sehun
nama panggilan dari namja itu. Kakinya masih terus menendangi aspal berulang
kali. Pandangannya juga sekarang terarah pada aspal bukan sesuatu yang ada di
depannya.
Tapi tiba-tiba saja langkahnya
terhenti saat dia melihat sepasang sepatu yang sudah pasti digunakan oleh orang
yang dengan jelas sekarang ada di depannya. Jaraknya mungkin hanya sekitar 30cm
dari dia.
“Wow, Jung Sehun kau terlihat
sangat lemas sekali pagi ini. Apa kau tidak sarapan lagi??” Orang yang ada di
hadapan Sehun saat ini adalah ketua geng yang ada di sekolahnya. Namanya Kim Jong
Dae, atau panggil saja dia Jongdae.
Sehun hanya diam dan tak
menggubris ucapan kakak kelas yang berada satu tingkat di atasnya itu. Dia tau
apa yang akan terjadi kalau dia melawan atau bahkan hanya sekedar menjawab
walau itu dengan anggukan. Apalagi sekarang Jongdae membawa 3 anggota gengnya.
“Benar bukan kau belum makan.
Kalau begitu kajja, aku akan menteratirmu. Tapi kau harus mau menjadi bagian
dari geng-ku.” Ucap orang itu.
“Mianhae. Aku tidak mau.” Jawab Sehun
datar.
“Kau berani sekali.” Jongdae
berkata dengan nada yang terdengar jelas kalau di dalamnya terkandung perasaan
kesal yang begitu dalam.
Sehun diam lagi.
Tapi Jongdae merasa itu sebuah
tantangan dan dengan tangannya yang sudah terbiasa digunakan untuk memukuli
siswa lain dia memukul Sehun hingga Sehun jatuh tersungkur di tanah.
Sehun masih diam. Dia malas
mencari masalah. Dan lagi pula dia pikir rasa sakit karena kena bogem mentah
dari Jongdae itu tak akan mengalahkan rasa sakit yang dia rasakan di hatinya
saat ini. Rasa sakit yang begitu dalam dan sulit dia sembuhkan kecuali….
“Woy, woy, woy….” Seorang namja
yang bisa di bilang hitam untuk ukuran orang korea datang dan menangahi
perkelahian satu pihak yang bisa juga di bilang sebagai tindakan pembullyan
itu.
“Apa yang kalian lakukan?? Kalian
main keroyokan??” Tanya namja yang mendedikasikan dirinya sebagai sahabat Sehun,
namanya Kim Joong In atau Sehun memanggilnya dengan nama Kai.
“Untuk apa kau datang ke sini
kami tak ada urusan denganmu. Jadi pergi sana!!” Jongdae mengusir Kai. Tapi
dengan gampangnya Kai hanya bilang.
“Urusannya juga urusanku.” Itu
kata Kai.
Jadi mau tidak mau Jongdae harus
mundur dari pada dia yang nanti kenapa-napa. Dia tau dengan jelas kalau Kai
adalah adik dari seorang advokad muda. Bisa di tuntut nanti jika harus
berurusan dengan adik seorang ahli hukum.
Kai mengulurkan tangannya kepada Sehun
dan membantu sahabatnya itu untuk berdiri. “Gwenchana?”
“Ne, gwenchana.”
“Kenapa tadi kau diam saja?? Kau
bisa mengalahkan mereka kalau kau mau bukan?? Kenapa malah kau sembunyikan
kemampuan bela dirimu itu??” Kai langsung mengintrogasi Sehun yang saat itu
masih memegangi bibirnya yang pada bagian sudutnya berdarah Karen bogem mentah Jongdae
tadi.
“Aku malas membuat masalah dengan
pecundang satu itu. Tanpa masalah dengan pecundang itu saja hidupku sudah sulit
apa lagi kalau harus mengganti biaya berobat dia dan gengnya yang aku pukuli.
Aku tidak akan sanggup.” Jawab Sehun yang sesekali mendesak sakit pada bagian
pojok bibirnya.
“Ah, aku tau pasti itu yang akan
kau katakan,” Kai hanya tersenyum miris mendengar jawaban sahabatnya itu.
“Tapi lain kali jangan mau kalah
atau paling tidak kau harus menghindar. Bagaimana jika noonamu tau kau
dipukuli?? Kau tidak kasihan??” Sehun hanya mengangguk menyahuti apa yang Kai
katakan.
Kai dan Sehun berjalan menuju
sekolah mereka yang sebenarnya hanya tingga 100 meter lagi.
“Kai, Sehun!!” Teriak seseorang
yang jelas ada di belakang mereka.
“Hyung…” hanya Kai yang menyahuti
namja cantik yang ada di belakang mereka itu.
“Sehun kau kenapa?? Kau kalah
oleh preman mana??” Tanya namja yang di nickname nya tertulis Lee Taemin.
“Dia tidak kalah hanya mengalah
karena takut disuruh mengganti uang berobat.” Kai juga yang menyahuti.
“Hahaha…. Kau selalu rela
mengalah hanya karena kau tidak punya uang. Kalau kau menang aku akan
membantumu untuk mengganti uang berobat tapi asalkan itu tidak sampai operasi.”
Taemin menyahuti sambil mengusap rambut Sehun lembut.
“Aku tidak mau menyusahkanmu
hyung. Aku takut bukan hanya membuat orang yang aku pukuli itu operas tapi
mati. Jadi lebih baik tidak usah.” Ujar Sehun menolak tawaran gila Taemin.
“Hah!! Kau bisa membunuh
mereka??”
“Itu mudah hyung. Aku hanya harus
mematahkan tulang leher mereka. Kalau dalam hitungan satu jam tidak ada yang
menyelamatkannya maka mereka mati.” Jawab Sehun santai.
“Wah, kau semakin hari semakin
hebat dan seram saja, ya??” Taemin lagi-lagi mengusap rambut saengnya itu.
“Aku juga ingin bisa sepertimu.”
Kai ikut berbicara.
>*_*<
Hari ini Sooyeon pulang cepat,
karena tidak perlu menggantikan posisi temannya. Jadi langsung pulang, dan kali
ini dia tidak sendirian melainkan dengan seorang namja yang sudah menjadikannya
yeojachingu dari namja itu sejak 2 tahun lalu.
“Waeyo Yeong??” Namja yang
memiliki nama asli Lee Donghae itu sudah merasakan kalau ada yang aneh dengan
yeojachingunya itu.
“Aniya.”
“Jangan bohong. Apa ini ada
hubungannya dengan Sehun lagi??” Tanya namja itu.
“Ne, oppa. Dia itu kenapa ya??
Salahku apa oppa?? Kenapa dia sekarang seperti semakin menjauhi aku?? Kalau ini
semua hanya karena uang, aku janji padanya, aku akan bekerja lebih giat agar
dia tidak kekurangan, tapi aku tidak ingin dijauhi olehnya. Aku terlalu takut
oppa. Aku takut dia pergi dariku seperti appa dan eomma yang pergi begitu saja
meninggalkan aku dan Sehun,” Sooyeon kembali meneteskan air matanya lagi
setelah berkeluh pada namjachingunya.
“Aku rindu padanya oppa. Setiap kali
aku melihatnya tertidur aku ingin sekali memeluknya. Tapi aku takut
membangunkannya. Aku tidak mau mengganggu mimpi indahnya,” Sooyeon melanjutkan
kata-katanya.
“Kau tenang saja dia tidak akan
pergi. Dia mungkin hanya merasa kurang perhatian dan merasa kesal padamu karena
kau terlalu sering lembur. Aku yakin dia juga sangat merindukanmu.” Donghae menenangkan
yeojachingunya itu.
Mereka pulang jalan kaki. Karena memang
kebetulan rumah mereka searah dan kebetulan hari ini motornya Donghae sedang dipakai
oleh adiknya. Yeah, Lee Taemin. Sedangkan Kai atau Kim Jong In adalah adik dari
sahabat Sooyeon, Kim Taeyeon.
Sampai di depan sebuah gang
kecil, Sooyeon dan Donghae berpisah, dari situ arah rumah mereka sudah berbeda.
Rumah Donghae masih satu gang lagi.
Sampai di rumah Sooyeon terlihat
senang melihat Sehun yang sedang duduk menonton TV. Karena biasanya kalau Sooyeon
sedang lembur, saat pulang Sehun pasti sedang tidur, atau kadang kalau pulang cepat
seperti sekarang Sehun malah yang pulang malam. Mereka mungkin bisa bertemu
saat pagi, tapi itu hanya berlaku bagi hari minggu. Karena kalau tidak Sehun
akan berangat pagi-pagi sekali untuk ke sekolah.
Karena tidak naik bis, dia jadi
harus jalan kaki sejauh kurang lebih 4 kilo meter, dan butuh waktu sekitar 1
jam jika tidak ingin telat tapi jalannya masih lumayan santai. Jadi setiap hari
Sehun harus berangkat sekolah sekitar jam 5.30 a.m.
Padahal teman-teman seumurnya jam
segitu masih ada yang malas-malasan bangun, contohnya saja Kai. Tapi Sehun
sudah harus berangkat sekolah ditambah lagi dengan kondisi perut yang terkadang
kosong.
Maklum, kadang karena saking
capenya, Sooyeon malah yang bangunya kesiangan. Tapi sekalipun lapar Sehun lebih
memilih untuk tidak mengganggu tidur noonanya itu. Lebih baik dia makan nanti
saat istirahat di sekolah. Berhubung sekolah Sehun menyiapkan kupon makan
siang, jadi itu benar-benar dimafaatkan oleh seorang Jung Sehun.
“Kau sudah makan?” Tanya Sooyeon
membuka pembicaraan.
“Belum.” Jawab Sehun singkat. Ada
nada dingin yang terlibat dari dua patah kata yang dia ucapkan itu.
“Kalau begitu kajja makan
bersama, aku sudah membelikan daging bakar untuk makan malam kita.” Ajak Sooyeon.
Dalam hati dia berharap kalau saengnya itu tidak akan menolaknya lagi.
“Noona, aku belum bayar SPP 3
bulan, kau tidak lupakan??” Tanya Sehun tanpa menoleh pada noonanya. Bahkan dia
tidak mendekat untuk makan bersama.
“Ne noona tau. Tapi mianhae. Noona
baru bisa memberikanmu uangnya minggu depan. Kau bisa bilangkan pada staf tata
usahanya??” Sejujurnya Sooyeon merasa sangat bersalah karena setiap mau
membayar bulanan sekolah pasti harus menunggak selama 3-4 bulan.
“Ne.” Respon Sehun sederhana plus
datar.
“Kalau begitu kajja kita makan
bersama.” Sooyeon mengulangi ajaknya. Tapi Sehun tidak bergerak dan hanya terus
memandang TV.
Sooyeon mendekati Sehun dan
menarik tangan Sehun agar ikut dengannya makan di meja. Tapi Sehun malah
menolak.
“Kau kenapa?? Kajja makan
bersama.”
“Aniya. Kau makan saja sendiri….
Aku nanti saja.” Sehun memalingkan wajahnya, berusaha menutupi memar yang ada
di wajahnya. Tapi telat, Sooyeon sudah melihatnya terlebih dahulu…
“Wajahmu kenapa??” Sooyeon langsung
meraih wajah saengnya itu. Tapi Sehun dengan cepat langsung memalingkannnya
lagi.
“Kau kenapa?? Di pukuli
chingudeulmu??”
“Aniya.”
“Jangan bohong padaku. Siapa yang
memukulimu?? Biar aku adukan dia nanti.” Sooyeon kembali meraih wajah Sehun dan
melihat memar di ujung bibir saengnya itu.
“Lepas. Aku baik-baik saja. Tak
perlu berpura-pura perduli padaku.” Sehun menepis tangan Sooyeon di sertai
dengan kata-kata yang terbilang kasar itu, dan membuat Sooyeon melepasakan
tangannya dari wajah Sehun.
“Kau ini bicara apa?? Aku kakakmu,
tentu aku perduli padamu.”
“Tch, perduli katamu?? Sayangnya
aku tak pernah merasa kalau kau itu perduli padaku.” Lagi-lagi kata-kata yang Sehun
ucapkan adalah kata-kata yang terbilang kasar atau malah sangat kasar.
“Sehun. Kau kenapa??” Suara Sooyeon
mulai lirih saat berkata. Dadanya sesak, kata-kata saengnya itu benar-benar
begitu menusuk hatinya. ‘Apa aku tidak
pernah perduli padanya?’ itulah pertanyaan yang melayang-layang di kepala Sooyeon
sekarang.
“Kau yang kenapa noona?? Sekarang
kau berubah, kau tidak seperti dulu lagi, kau sudah lupa dengan janjimu dan kau
sudah tidak pernah perduli denganku lagi.” Sehun bangun dari duduknya dan
berdiri melihat noona yang sangat dia sayangi sedang menangis lirih di
hadapannya.
Tanpa berkata apapun Sehun keluar
rumahnya dan pergi meninggalkan Sooyeon sendirian di rumah. Sedangkan Sooyeon
setelah kepergian saengnya yang sangat dia sayangi, saeng yang hanya satu-satunya
itu. Dia masih menangis.
“Benarkah aku berubah?? Tapi apa
yang berubah dariku??” Pertanyaan itu terlontar dari Sooyeon untuk dirinya
sendiri.
>*_*<
Sehun berjalan lemas menuju taman
yang ada di daerah tempat tinggalnya. Dadanya sesak melihat noonanya menangis
tadi. Sebenarnya dia tidak ingin menyakiti hati Sooyeon, tapi entah setan apa
yang merasuki dia dan membuat dia mengatakan kata-kata kasar macam tadi.
Sekarang namja tampan dengan
kulit seputih susu dan rambut coklat itu duduk di salah satu ayunan yang ada di
taman kompleknya. Tempat inilah yang selalu dia jadikan tempat menyendiri.
Kapanpun itu. Terutama untuk saat seperti ini.
Tapi dia lupa satu hal. Malam ini
adalah malam di musim dingin. Sekarang dia hanya menggunakan switer panjang
yang dulunya adalah kado ulang tahun dari noonanya. Tapi, jika tanpa jake, dalam
waktu kurang dari satu jam mungkin dia sudah bisa terkena Hipotermia.
Untung, dia tidak lupa membawa
ponselnya. Jadi dia menyuruh sahabatnya untuk datang ke taman itu dan
membawakan dia jaket yang bisa sedikit menghangatkan tubuhnya. Itu lebih baik
dari pada harus mati karena hipotermia di lingkungan sekitar rumah.
Tidak lama, Kai, teman dan
sahabatnya sudah tiba dan membawakan dia sebuah jaket tebal yang pasti bisa
menghangatkan dia.
“Ini cepat kenakan??” Suruh Kai.
Sehun POV
Aku kenakan jaket tebal yang
sudah susah payah di bawakan Kai tadi. Aku tau ini pasti jaket milik appanya
yang dia ambil diam-diam. Hah, anak itu,
aku suruh dia meminjamkan aku jaketnya bukan jaket appanya. Tapi baiklah,
dari pada aku harus mati kedinginan.
“Kau kenapa lagi??” Kai membuka
topik dengan pertanyaan yang selalu dia ajukan di saat seperti ini.
“Ani.” Aku dan Kai berucap
kompak. Dia sudah bisa membaca apa yang akan aku katakan karena aku memang
hanya selalu menjawab itu.
“Kau pasti ada masalah dengan
noonamu lagi kan??” Tebakan Kai benar dan aku hanya diam. Aku tau Kai pasti
sudah tau jawabannya adalah iya, walau aku tak mengatakannya.
“Kenapa kau selalu seperti itu padanya??
Kau tidak kasihan?” Aku diam. Menyahuti apa yang Kai katakan sama saja dengan
mengajaknya lomba debat.
“Sudah hampir satu tahun kau
bersikap seperti ini pada Sooyeon noona. Kau kejam sekali Sehun. Dia itu satu-satunya
yang kau miliki saat ini. Kau tidak takut kalau dia akan pergi nantinya??” Aku hanya
menghela nafas berat.
“Ya!! Aku mengajakmu bicara saat
ini.” Aku tersentak kaget saat Kai tiba-tiba saja berteriak tepat di depan
lubang telingaku. Aku dapat merasakan betapa besarnya gelombang yang di terima
gendang telingaku dan untung saja gendang telingaku masih sanggup bertahan.
“Kau ini, aku masih belum tuli, apa
kau mau membuatku tuli??” Aku berusaha kabur dari topic yang tadi.
“Jawab aku!!” Dia menatapku
dengan tatapan itu lagi. Tatapan memaksa yang sama sekali tidak menakutkan
untukku.
“Jawab apa??”
“Kenapa kau bersikap seperti ini
pada Sooyeon noona??” Aku diam sesaat. Aku tau suatu saat nanti aku memang
harus bilang pada Kai apa alasananya karena dia memang pantas di beritahu. Dia
selalu ada saat aku butuh bantuan untuk kabur.
“Aku tidak tau,” aku jawab
pertanyaan namja babo depan mataku ini.
“Jangan bohong!!” Kali ini dia
mendesakku. Aish, tidak bisakah dia diam saja dan tidak menggangguku. Aku butuh
waktu saat ini.
“Aku malas membahas ini Kai, jadi
diam lah sebelum aku bertambah kesal,” ancamku pada sahabatku yang terkadang
terlalu banyak bicara ini.
Dia diam begitu pula denganku.
Sekarang ada perasaan bersalah yang mengalir di dalam dadaku saat aku ingat
bagaimana wajah Sooyeon noona tadi. Apa aku keterlaluan tadi??
Jujur saja aku juga tidak ingin
melakukan itu padanya. Aku sayang padanya, hanya saja aku merasa dia berubah
terlalu jauh dan satu hal lagi yang membuatku lebih kesal. Dia lupa akan
janjinya padaku dulu. Janji yang dia ikrarkan di depan makam eomma dan appa.
Sehun POV end
Flashback
Seorang namja yang umurnya
sekitar 14 tahun sedang menangis menghadap makam kedua orang tuanya yang baru saja
dikuburkan beberapa menit yang lalu. Di sebalah kanannya ada sang noona yang
juga sedang menangis. Tapi dapat dipastikan kalau yeoja yang berdiri di samping
namja itu terlihat lebih tegar.
“Sehun,” yeoja yang di ketahui
bernama Sooyeon itu merangkul saengnya yang sedang menangisi kedua orang tua
mereka.
“Noona kita harus bagaimana??
Kita tidak punya saudara di Seoul, apa harus kita pergi ke rumah halmoni di Jeju?”
Namja itu bertanya disertai dengan isakan yang masih belum juga hilang.
“Aniya, kita akan tetap di Seoul,
kita tidak bisa meninggalkan semua yang ada di sini.” Sahut Sooyeon dengan
tangan yang terus mengelus punggung saengnya itu dan mata yang sedari tadi
memandang nisan kedua orang tuanya.
“Tapi aku takut noona,” Sehun
masih terus menangis.
“Kau tak perlu takut, noona janji
akan selalu ada untukmu dan selalu menemanimu, noona juga janji kita akan baik-baik
saja sampai kapanpun, karena kita akan selalu bersama,” ucap Sooyeon seraya
menggerakan jarinya menghapus jejak-jejak air mata di pipi saengnya yang tampan
itu.
“Noona, yakseo?”
“Ne yakseo.” Jawab Sooyeon
mantap.
Flashback end
Sehun masih ingat semuanya
tentang janji itu. Janji Sooyeon padanya dan semua perlakuan Sooyeon yang dia
rasa melenceng dari janji itu.
“Kau mau pulang?” Kai bangun
berdiri dan menghadap Sehun.
“Aniya, aku malas pulang,” yang
ditanya hanya menjawab asal dan tanpa menghadap Kai sama sekali. Dia masih
terlalu sibuk dengan otaknya sendiri, memikirkan hal yang mungkin tak sampai
untuk dijangkau angannya.
“Kau mau mati konyol di sini?” Pertanyaan
Kai kali ini sedikit memberikan respon yang bisa membuat Sehun mendongak
melihatnya.
“Sudah aku bilang aku malas
pulang ke rumah,” jawab Sehun lagi.
“Kalau begitu kajja kita ke rumah
Taemin hyung, aku rasa di sana ada makanan enak. Kau pasti belum makan bukan??”
Tawar Kai dan langsung mendapat anggukan setuju dari Sehun.
“Dari mana kau tau aku belum
makan, jangan bilang kau mampir ke rumahku tadi…” tebak Sehun, dan itu tebakan
yang salah.
“Tentu saja tidak. Buat apa aku
ke rumahmu, babo?? Kau kan menyuruhku ke
taman,” Kai hanya tersenyum.
“Lalu?”
“Dari tadi perutmu itu berisik
sekali, mana mungkin aku tidak tau,” Kai melempari Sehun dengan tatapan meledek
yang kentara jelas dan membuat sahabatnya itu malu.
“Jinjja??” Karena tidak mau
kalah, akhirnya Sehun memasang tampang seolah dia tidak tau apa-apa.
“Neee” Kai mulai lagi dengan gaya
lebaynya.
Selama di jalan mereka terus
bercanda, membicarakan preman sekolah yang sama sekali tidak menakutkan menurut
Sehun dan Kai juga membicarakan yeoja cantik yang sekelas dengan mereka.
Inilah sebabnya Sehun terus mau
bermain dengan Kai, karena namja ini bisa mengerti dia dan keadaanya. Dan
selalu punya cara untuk membuat Sehun merasa sedikit lebih baik, melupakan sedikit
masalahnya dan tau tempat-tempat yang sesuai dengan apa yang dia butuhkan.
Contohnya sekarang.
>*_*<
Sudah jam 11 malam, tapi Sehun
belum juga pulang. Sooyeon tentu saja khawatir padanya. Sebenarnya Sehun pulang
malam itu hal yang biasa untuknya, tapi yang jadi masalah adalah saat Sehun
pergi dia sedang dalam keadaan marah pada Sooyeon, jelas saja yeoja itu
ketakutan setengah mati. Beda dengan yang sebelumnya, Sehun hanya pergi bermain
ke rumah chingudeulnya.
Sooyeon masih terus mondar-mandir
di depan pintu rumahnya. Ini adalah rumah yang dia beli dengan uang yang dia
dapat saat menjual rumah lamanya. Karena bingung saat ditinggal kedua orang
tuanya, akhirnya Sooyeon menjual rumah itu dan memutuskan untuk pindah ke rumah
yang lebih kecil, kerana dia juga hanya tinggal berdua dengan Sehun.
Saat orang tuanya pergi
meninggalkannya karena kecelakaan sial yang merubah semuanya itu, Sooyeon masih
kuliah dengan jurusan tata busana, cita-citanya adalah menjadi seorang desainer
ternama, tapi karena kejadian sial itu dia harus berhenti kuliah di semester 4,
dan kini dia hanya bisa bekerja menjadi seorang pelayan di sebuah restaurant di
Seoul.
Dia relakan semuanya, yang dia
pikirkan hanya masa depan Sehun. Dia ingin adiknya itu sukses dan bisa hidup
baik lagi seperti saat masih ada appa dan eommanya. Dia relakan cita-citanya
dan masa mudanya untuk bekerja, itu semua semata-mata hanya untuk Sehun. Dia
rela bekerja dari pagi hingga malam, itu juga hanya untuk masa depan saengnya
yang sangat dia sayang itu.
Tapi dia lupa beberapa hal. Dia
lupa akan janjinya pada Sehun dan dia lupa kalau Sehun juga butuh dirinya,
bukan hanya materi.
Drrrttt drrrrttt
Ponsel Sooyeon yang sedari tadi
dia pegang bergetar. Harapannya yang menelponya itu Sehun. Jadi tanpa melihat
siapa yang menelpon dia langsung mengangkatnya.
“Yeoboseo, Sehun kau di mana?
Kenapa belum pulang? Ini sudah larut malam, pulang lah. Noona minta maaf atas
kejadian tadi, jadi palli pulang Sehunnie,” ucap Sooyeon tanpa jeda dan bahkan
membuat orang yang menelponnya saja tidak bisa membalas kata ‘yeoboseo’ tadi.
“Ya, ya, aku bukan Sehun, aku lee
Donghae namjachingumu.” Ucap Donghae yang kaget juga mendengar nada khawatir
yang tertempel jelas disetiap kata yang di ucapkan yeojachingunya.
“Owh, oppa, kenapa kau yang
telpon??” Ucap Sooyeon yang mendadak langsung lesu.
“Jadi kau tidak suka aku
menelponmu, ini kan malam minggu, wajar kalau aku menelponmu, tapi sepertinya
kau tidak suka, ya sudah, aku matikan,” Donghae menggunakan nada kecewanya saat
bicara tadi.
“A..aniya oppa, aku hanya sedang
cemas saja saat ini, Sehun belum pulang,” jelas Sooyeon dan terdengar kekehan
Donghae dari sebrang sana.
“Kau tenang saja chagi, Sehun
sudah tidur di ranjang Taemin sekarang, tadi dia datang bersama Kai, tapi
ketika Kai mengajaknya pulang dia bilang dia malas pulang ke rumah, jadi
kusuruh dia tidur di sini, dari pada dia ikut pulang dengan Kai dan tidur di
luar lebih baik di sini dengan Taemin bukan??” Ucap Donghae menjelaskan panjang
lebar.
Sooyeon langsung menghela nafas
berat. “Gomawo oppa,” ucapnya kemudian.
“Sudah, jangan khawatir lagi, kau
tidur sana, besokkan hari minggu kita olahraga bersama, akan aku paksa Sehun
untuk ikut.” Janji Donghae dan langsung di setujui oleh Sooyeon.
Setelah selesai bertelpon ria
dengan namjachingunya Sooyeon bergegas untuk tidur. Dia tidak ingin besok saat
olahraga dengan Sehun dia terlihat tidak segar.
>*_*<
Sehun POV
Aku terbangun dari mimpi indahku
setelah ku dengar suara panci yang dipukul dengan spatula tepat di depan lubang
telingaku. Sepertinya Taemin hyung juga mengalami hal yang tak berbeda jauh
denganku.
“Ya!! Aish!! Hyung apa yang kau
lakukan hah!!” Teriak Taemin hyung yang sepertinya tak terima mimpinya diganggu.
“Palli ireona, kita harus
olahraga.” Jawab Donghae hyung santai. Aish calon kakak ipar macam apa dia?
Masa kesan pertama aku menginap di rumahnya seperti ini. Kalau aku tidak
merestui hubungannya dengan Sooyeon noona baru tau rasa dia.
“Hyung, ini hari minggu, aku
ingin bangun siang,” haha… aku sependapat denganmu Taemin hyung, jadi kuanggukan
kepalaku sebagai tanda setuju.
“Andwe, kalian harus ikut
olahraga bersamaku,” Donghae hyung menyibakkan selimut yang masih menyelimuti
setengah tubuhku dan seluruh tubuh Taemin hyung.
“Ya!! Kalian itu namja, dan tidak
seharusnya namja malas berolahraga, kalian mau otot-otot kalian kendur??”
Donghae hyung masih saja memaksa dengan teriakan yang memekakan telingaku. Aku
setuju jika saat menyanyi suaranya bagus tidak kalah bagus dengan para boyband
di luar sana, tapi saat seperti ini suaranya benar-benar jelek dan bisa
membuatku tuli.
“Sehun, palli ireona, bukannya
kau itu preman, mana ada preman yang ototnya kendur, jadi kajja olahraga
denganku, nanti Kai juga akan bergabung dengan kita,” akhirnya mau tidak mau
aku tetap ikut dengan calon kakak iparku ini.
“Taemin, PALLI IREONA!!” Donghae
hyung berteriak tepat di telinga Taemin hyung.
“BERHENTI BERTERIAK DI TELINGAKU
HYUNG!!” Kini Taemin hyung yang berteriak dan membuat Donghae hyung tersenyum
penuh kemenangan karena berhasil membangunkan saengnya yang terkenal malas itu.
“Ya sudah, cepat bersiap, aku
tunggu di depan,” Donghae hyung berjalan keluar kamar Taemin hyung yang masih
terlihat kesal. “Dan satu lagi Taemin,” Donghae hyung berhenti dan melihat
kami, maksudku aku dan temin hyung.
“Wae??” Tanya Taemin hyung sinis.
“Pinjamkan Sehun baju olahragamu,
tidak ada orang yang pergi berolahraga dengan style seperti itu,” dia menunjuku
dan memasang tampang seolah dia itu orang terkeren yang ada. Beraninya dia
menjelek-jelekan switer ini. Lihat saja
nanti, tidak akan aku restui kau dengan noonaku….
“Ya, Sehun, kau jangan mau
menjadi adik ipar namja sepertinya,” kualihkan pandanganku dan tersenyum sambil
mengangguk membenarkan ucapan Taemin hyung.
“YA!! LEE TAEMIN AKU
MENDENGARMU!!” Aku dan Taemin hyung tertawa terbahak mendengar teriakan Donghae
hyung yang norak itu.
“Ini, kau pakai yang ini dan
sana mandi duluan,” Taemin hyung melempariku sebuah celana trening dan jemper
kemudian menyuruhku mandi lebih dulu dan aku turuti apa kata hyungku yang
paling imut bin manis ini. Entah bagaimana dia bisa terlihat sangat cantik
seperti yeoja.
Selesai mandi aku lihat Taemin
hyung yang sedang asik bergulat dengan ponselnya. Ahh.. aku tau dia sedang apa,
pasti main game. Bukan Taemin namanya kalau tidak bermain game satu hari saja.
Dia itu sama denganku. Gamer Fanatik.
“Hyung, aku sudah selesai,
sekarang kau yang mandi,” ucapku menyadarkan dia yang sepertinya tidak sadar
kalau aku sudah keluar dari kamar mandinya.
“Ne, cham, ini tanggung.” Dia
menjawab tanpa melihat ke arahku dan hanya terus serius dengan game oninenya itu.
Dasar Taemin hyung,,,
>*_*<
Aku sudah sampai di taman komplek
bersama Donghae hyung dan Taemin hyung. Kata Donghae hyung kita harus menunggu
dua orang lagi. Aku tau satu diantaranya pasti Kai, tapi yang satunya aku tidak
tahu siapa. Dan jangan bilang itu noona….
Aku telat menyadarinya, ternyata
noonaku sudah datang dengan namja berkulit coklat yang biasa kupanggil dengan
Kkamjong (kegelapan Jong/ Jong item). Yeah, Sooyeon noona datang dengan Kai,
memang siapa lagi temannku yang berkulit coklat??
“Oppa, kau menunggu lama?” Tanya Sooyeon
noona pada Donghae hyung. Aku hanya memalingkan wajahku, aku tidak ingin dia
melihat aku.
“Sehun, kenapa kau tidak pulang
semalam, kau masih marah pada noona?? Noona minta maaf atas kejadian semalam,
tapi nanti kau pulang ya?” Kudengar Sooyeon noona berkata padaku. Mungkin
sekarang dia berada tepat di belakangku.
Tanpa berkata apapun untuk
menjawab kata-kata noonaku aku langsung menggeret Taemin hyung dan Kai menjauh
dan meninggalkan noonaku yang ternyata benar-benar berdiri di belakangku.
“Kau masih marah pada noonamu?” Kai
bertanya saat kami sudah mulai berlari untuk mengitari komplek tempat tinggal
kami. Tapi aku tidak menjawabnya.
“Waegeurae Sehun? Kenapa sikapmu
pada Sooyeon noona masih belum berubah?? Bukannya kau bilang kau sudah baikan
dengannya?” Kini Taemin hyung yang berlari di sisi kiriku bertanya. Dan Kai ada
di sisi kananku, and so pasti aku ada di tengah.
“Sehun, jawab aku!!” Kai mulai
lagi memaksaku. Aku jadi kehilangan moodku pada mereka berdua. Jadi kuputuskan untuk berlari lebih cepat
meninggalkan dua namja yang menurutku mirip itu.
“Ya, Jung Sehun!! Kami sedang
bertanya!!” Ku dengar Taemin hyung berteriak padaku tapi aku diam saja tak
memberi respon pada mereka.
>*_*<
Aku sudah dua kali mengelilingi
komplek ini dan sekarang jam yang ada di taman komplek menunjukan pukul 9;30
a.m. Huuh!! Cape juga ya, tapi ini bukan kali pertama aku berolaraga seperti
ini, aku sering melakukannya saat kesal pada Sooyeon noona.
Itu kebiasaanku dari dulu.
Semenjak aku hanya tinggal dengan noona tepatnya. Kalau aku kesal pada noona,
aku akan berlari mengelilingi komplek ini, tapi itu malam hari, beda dengan
sekarang. Aku sengaja melakukan itu agar merasa lelah dan saat pulang ke rumah
aku akan langsung tidur.
Sebenarnya semalam aku mau
melakukan itu, tapi berhubung aku tidak membawa jaket jadi kutunggu Kai dulu,
dan saat Kai pulang niatnya aku ingin berlari, tapi dia mengajakku ke rumah Taemin
hyung jadi aku urungkan niatku mengingat aku juga belum makan malam.
Hahh!! Aku juga belum sarapan
sekarang. Uhh!! Aku lapar sekali. Ini bukan hari sekolah, jadi aku tidak bisa
makan di sekolah. Aku harus cepat mencari makan sekarang. Kalau tidak mungkin
aku bisa terkena magh.
“Igo,” seseorang menyodorkan aku
sebungkus roti berukuran doble. Aku dongakan kepalaku untuk melihat siapa orang
yang memberikan aku makanan ini dan meyelamatkan aku dari kelaparan di minggu
pagi ini.
Ah, seorang yeoja, dan dia adalah
Kim Taeyeon noona, noonanya Kai. “Ambil ini, dan makan lah, aku tau kau laparkan??”
Dia tersenyum padaku saat menyodorkan roti itu lagi.
Aku ambil roti itu dan
membukanya, sedangkan dia langsung duduk di bangku taman yang juga sedang aku
duduki saat ini.
“Kau tidak bersama Kai?? Aku
mencari anak itu sekarang,” Tanya Taeyeon noona padaku yang sedang asik memakan
sarapan pagiku ini.
“Tadi iya, tapi sekarang tidak,
aku tinggalkan dia dengan Taemin hyung. Mungkin mereka sedang bersama dengan Sooyeon
noona dan Donghae hyung.” Jawabku setelah aku telan roti yang tadi aku kunyah.
“Kenapa kau tidak bersama
mereka?” Taeyeon noona bertanya lagi padaku, dia juga sekarang memakan roti
yang dia bawa untuk dirinya, mungkin.
“Aku malas, dan jangan tanya
kenapa, aku sedang tidak mood membicarakan hal itu,” ucapku yang langsung
mencegah dia untuk tidak bertanya lebih banyak.
“Baiklah aku tidak akan bertanya
seperti itu, emp, tapi kudengar dari Kai kemari kau dipukuli oleh anak geng di
sekolahmu ya??” Aku mengangguk memberi jawaban. Bukan hal yang aneh kalau Kai
mengadu pada noonanya yang seorang advokad ini.
“Apa kah lukamu parah?” Aku menggeleng.
“Hanya sedikit memar di sini.” Kutunjuk
sudut bibirku yang sampai sekarang masih terasa sakit jika disentuh.
“Omo!!” Yeoja cantik yang umurnya
sama dengan noonaku ini langsung memegang wajahku melihat luka yang ada di sudut
bibirku. “Kau bilang ini baik-baik saja?” Aku mengangguk lagi.
“Uljima noona, ini tidak
seberapa, ini hanya memar biasa,” ucapku yang langsung menyambung acara sarapan
rotiku. Roti yang dia berikan tepatnya.
“Sooyeon tau ini?” Aku diam.
Kenapa Taeyeon noona harus bertanya tentang Sooyeon noona sih?? Tak adakah
topik lain di dunia ini?
“Huft,” aku menghela nafas kasar
dan kujawab pertanyaan Taeyeon noona. “Ne, dia tau, tapi aku ingin dia tidak
tau,” Menurutku sekali tidak perduli maka selamanya tak perlu perduli, sekalipun
aku ingin dia perduli padaku tapi aku tidak ingin dia perduli lagi, entah lah
aku juga bingung dengan apa yang aku inginkan, yang pasti seperti ini lah.
“Waeyo? Kenapa kau ingin dia
tidak tau?? Bukannya kau ingin dia terus perduli padamu?” Ehh!! Dia tau dari
mana? Seingatku aku tak pernah cerita pada Kai apa lagi pada dia.
“Eh, maksudku semua dongsaeng
pasti ingin noonanya perduli padanya bukan? Kai juga sama sepertimu, dia juga
selalu merengek padaku walau sebenarnya umurnya itu sudah tidak pantas untuk
berbuat seperti itu. Dan pasti kau juga sama bukan? Kau pasti ingin seperti itu
juga bukan?” Aku hanya mengangguk lemas.
Taeyeon noona benar, aku memang
ingin Sooyeon noona perduli padaku seperti dulu lagi. Tapi aku tetap kesal
padanya jika ingat dia sudah berjalan jauh dari janji kami.
“Ya, Jung Sehun, aku kenal
noonamu sejak kami masih SMA, itu cukup untukku mengenal seorang Jung Sooyeon.
Jadi aku yakin kalau ada masalah kau hanya cukup membicarakannya dengan dia, dan
semuanya akan kembali seperti semula.” Aku tidak begitu kaget dia tau kalau aku
punya masalah dengan noonaku, aku yakin Kai atau Sooyeon noona yang bercerita
padanya.
“Aku tau semuanya dari Kai, dia
sudah cerita padaku kau bersikap seperti ini sejak setahun yang lalu.” Dia
lebih dulu memberitahuku siapa yang memberitahunya sebelum aku bertanya. Apa dia
bisa membaca pikiranku??
“Kau tidak mengerti masalahku
noona, jadi kau pasti akan mudah mengatakan itu.” Jawabku masih dengan nada
lemas.
“Aku tidak akan tahu jika kau tak
cerita, karena dalam hal ini hanya kau dan Tuhan beserta malaikat-malaikanya
yang tahu.” Uuhh!! Dia pintar sekali mengkondisikan sesuatu agar bisa mendapat
apa yang dia inginkan, kalau aku dalam keadaan tak sadar mungkin aku akan
terjebak dan langsung bercerita padanya.
“Kau pintar juga noona, tapi
sayang aku juga pintar. Kau terlalu membuang banyak waktu hanya untuk
mengatakan kalau kau ingin aku bercerita padamu.” Sahutku.
“Geurae? Kalau begitu aku gagal
ya??” Aku tersenyum penuh kemenangan. “Tapi apa kau yakin tidak ingin bercerita
padaku? Kata orang menceritakan masalah kita pada orang lain itu bisa sedikit
menghilangkan beban.” Aish advokat cantik yang satu ini sepertinya tidak mau
kalah dariku.
“Kalau aku cerita padamu, apa
untungnya?”
“Paling tidak kau bisa
menghilangkan sedikit beban yang kau tanggung, dan kalau aku bisa, akan aku
bantu kau menyelesaikan masalahmu,” aku berpikir sejenak. Aku memang butuh
seseorang untuk diajak bercerita. Jadi kurasa ini tak salah.
“Noona, apa kau pernah merasa
kecewa?” Aku bertanya dengannya sambil menatap seorang Namja Kecil yang sedang
bermain kejar-kejaran dengan Yeoja Cilik yang sepertinya adalah noonanya. Itu
mengingatkan aku akan Sooyeon noona.
“Dalam hal apa?” Taeyeon noona
bertanya padaku, sepertinya dia juga melihat pasangan noona dan dongsaeng yang
aku lihat.
“Dalam hal janji. Kau pernah
kecewa karena orang yang kau sayang melanggar janjinya sendiri?” Aku lihat Namja
Kecil itu menangis ketika dia terjatuh saat bermain, dan Yeoja Cilik yang aku
tebak noonanya itu langsung menghampiri Namja Kecil itu.
“Pernah. Rasanya memang sangat
menyesakkan. Tapi aku bisa memaafkan orang itu, karena aku sayang padanya.” Aku
dengar nada bicara Taeyeon noona mulai berubah, sepertinya dia memang benar
pernah merasakan hal itu,karena ada sedikit rasa sakit yang aku rasakan saat
mendengar kata-katanya.
“Bagaimana caranya?” Tanyaku. Aku
ingin bisa memaafkan Sooyeon noona dan kembali seperti dulu.
“Kalau kau benar sayang padanya,
kau pasti bisa memaafkannya. Karena kau pasti tidak ingin dia pergi darimu
bukan? Kecuali kalau egomu terlalu besar,” Aku terdiam.
“Sehun, apapun janji yang di
langgar oleh Sooyeon aku yakin, dia tidak bermaksud melakukan itu. Aku yakin
dia punya alasan kenapa dia bisa melanggar janji itu, hanya kau saja yang harus
bisa berusaha mengerti keadaannya.” Taeyeon noona mengelus pundakku.
Aku lihat Yeoja Cilik tadi
memeluk namsaengnya dan berusaha menenangkan si Namja Kecil itu agar berhenti
menangis. Sepertinya lutut Namja Kecil itu terluka.
“Aku sudah mengerti keadaanya,
dan berusaha memaafkannya, tapi dia terlalu sering melanggar janji itu noona,”
aku masih tidak mau kalah.
“Kalau begitu nanti akan aku
bantu mengatakan padanya kalau dia salah, kau tenang saja, akan aku rahasiakan
ceritamu ini. Jadi dia tidak akan tau kalau kau bercerita padaku.”
“Gamshahamnida noona.”
Aku diam dan memperhatikan
pasangan noona dan dongsaeng tadi. Sekarang sang Yeoja Cilik itu sedang
berjalan menuju jalan raya, sepertinya dia ingin ke toko di sebrang sana. Dia
tinggalkan namdongsaengnya taman itu dan berjalan sendiri.
Seenaknya saja dia menyebrang
jalan tanpa melihat sekitar, dan sekarang ada sebuah mobil yang melaju kearahnya.
“AWAS!!” Teriakku seraya melangkahkan kakiku berlari menyelamatkan Yeoja Cilik
itu yang dengan bodohnya malah hanya diam mematung. Apa dia ingin mati??
Aaw!! Kurasakan sakit yang
mungkin lebih dari pada sakit yang timbul karena ketua geng gadungan di sekolahku.
Sepertinya lutut dan sikuku terluka.
Aku bangun dan langsung
mendudukan Yeoja Cilik yang baru saja kuselamatkan dari bahaya itu, sepertinya
dia shock. “Gwenchana?” Dia mengangguk.
“Ya!! Kalau jalan hati-hati!!” Teriak
si pengemudi tadi.
“Nde, mianhamnida,” ucapku sambil
sedikit membungkukan kepalaku. Setelah itu si pengemudi itu pergi lagi.
“Kau tidak luka kan?” Yeoja itu
hanya menggeleng. “Lain kali kau menyebrang jalan hati-hati, atau minta tolong
orang dewasa untuk menyebrangkan,” dia mengangguk lagi.
Aku bangun dan baru sadar bahwa
ternyata buku-buku jariku juga luka. Mungkin karena tadi aku melindungi kepala Yeoja
Cilik ini.
“Sehun, gwenchana?” Tanya Taeyeon
noona yang datang bersama dengan namsaeng yeoja yang aku selamatkan ini.
Yeoja itu langsung memeluk
saengnya. “Mianhae Hyunwoo,” yeoja itu berkata pada saengnya yang sedang
terisak.
“Noona, gwenchana, hiks?” Tanya
si namja yang tadi dipanggil Hyunwoo.
“Ne, noona gwenchana,” dia
menghapus airmata saengya.
“Sunbae, gamshahamnida,” ucap si Yeoja
itu dan hanya aku balas dengan anggukan plus senyum yang kubuat seramah
mungkin.
“Ne, siapa namamu?” Tanyaku.
“Hyunmi, Cho Hyunmi dan ini
saengku namanya Cho Hyunwoo.” Jawab yeoja itu.
“Rumahmu di mana Hyunmi?” Kini Taeyeon
noona yang bertanya.
“Di blok 8,” uh, jauh juga
rumahnya. Taman ini ada di blok 2, kenapa dia bisa pergi ke taman tanpa orang
tuanya sih?? Ke mana appa dan eommanya? Ditambah lagi jalan menuju blok 8 itu
melewati dua kali jalan raya yang membelah komplek ini.
“Kalau beitu kajja pulang, akan
aku antar.” Ajakku, dan langsung di sambut dengan anggukan setuju Taeyeon
noona.
“Ne, sekali lagi jeongmal
gamshahamnida sunbae.” Aku gendong Hyunwoo yang kakinya terluka tadi saat
bermain dan tersenyum pada Hyunmi.
“Jangan panggil aku sunbae, panggil
saja Sehun oppa, arraseo?”
“Arrachi,”
“Dan panggil saja aku Taeyeon
eonnie.” Taeyeon noona juga ikut memperkenalkan diri.
“Kajja.” Ajakku.
Baru beberapa langkah aku dan
Taeyeon noona berjalan aku sudah kedatangan tamu tak diundang. Tamu yang
membuat moodku mendadak berubah.
“Sehun,” kudengar suara Sooyeon
noona dan Kai yang menyuarakan namaku. Aku berhenti.
“Sehun neo gwenchana?” Tanya Sooyeon
noona sambil melihat wajahku. “Omo!! Kau terluka” tambah Sooyeon noona setelah
menyadari buku-buku jariku yang berdarah.
“Siku dan lututmu juga,” Kai
menambahkan.
“Naneun gwenchana noona,” jawabku
dingin seperti biasa dan melepaskan tangan Sooyeon noona dari tanganku. Setelah
itu aku berjalan meninggalkan dia dan yang lainnya –Donghae hyung, Taemin hyung
dan Kai-. Aku tau Sooyeon noona pasti sebentar lagi akan menangis karena
sikapku yang dengan kasarnya pergi begitu saja.
Mianhae noona, tapi aku masih
belum bisa melihat wajahmu. Aku tersiksa ketika melihatmu. Di satu sisi aku
marah padamu, tapi di sisi lain aku ingin memelukmu. Makanya aku bilang aku
tersiksa.
Sehun POV End
>*_*<
Sooyeon menangis lagi. Di taman
itu dengan ditemani oleh namjachingunya juga Taemin dan Kai. Sedang Taeyeon ikut dengan Sehun mengantar
kedua anak tadi.
“Oppa, salahku apa?” Tanya Sooyeon
pada Donghae dalam tangisannya.
“Ani, kau tidak salah Sooyeon.
Mungkin Sehun hanya sedang emosi saja, makanya dia bersikap kasar.” Jawab
Donghae menenangkan yeojachingunya itu.
“Tapi emosi kenapa?”
“Mungkin dia emosi karena
pengemudi yang tadi hampir menabrak Yeoja Cilik tadi noona, kau tenang saja.”
Kini Taemin yang berbicara dan disambut anggukan kepala dari Kai dan Donghae.
“Sudahlah, jangan menangis terus.
Kau itu jelek saat menangis, jadi berhenti ya??” Tangan Donghae bergerak
mengahapus jejak-jejak air mata di pipi yeojanya itu.
“Kajja kita pulang, kita harus
menyiapkan P3K untuk Sehun saat pulang. Aku sudah mengirim pesan pada Taeyeon
noona untuk mengajak Sehun pulang ke rumah setelah mengantar anak tadi.” Ajak Kai.
“Kajja, kau harus tunjukan
perhatianmu padanya. Mungkin dengan begitu dia bisa memaafkanmu.” Kini Donghae
yang mengajak.
Sooyeon mengangguk begitu pula
dengan Taemin yang dari tadi duduk di sebelah kanan noona cantik calon istri
dari hyungnya yang masih kalah tampan dengan dia, menurutnya.
>*_*<
Sehun berjalan pulang setelah
mengantarkan dua bocah yang baru saja di tolongnya tadi. Jalan kaki ke blok 8
dengan keadaan lutut berdarah cukup untuk membuatnya merasakan pegal yang bisa
membuatnya beberapa kali meringis. Sakit, itulah yang dia rasakan. Ditambah lagi
sakit dalam hatinya karena tadi sudah mengacuhkan noonanya yang sebenarnya
sangat dia rindukan.
“Kita ke rumahmu,” ucap Taeyeon yang
sedari tadi berjalan di samping namja tampan yang bersahabat baik dengan Kai,
dongsaengnya.
“Buat apa??” Sehun masih terfokus
pada jalanan saat bertanya balik pada yeoja mungil nan cantik di sebelahnya.
Yeoja yang kabarnya sudah menarik hati dari seorang namja tampan yang menjadi
kepala sekolah termuda dalam sejarah sekolahnya.
Yap, Taeyeon adalah kekasih dari
kepala sekolah tempat Sehun bersekolah. Park Jungsoo nama namja yang umurnya
hanya terpaut tiga tahun dari Donghae. Namja yang juga merupakan kakak dari
salah satu temannya di club game, Park Chanyeol.
“Mengobati lukamu,” Sehun diam
mendengar jawaban dari Taeyeon. Dia sadar sekarang, kalau dia menolak berarti
itu sama saja dia menantang adu mulut dengan yeoja di sampingnya itu.
Jalan menuju rumahnya memang
tidak dekat tapi entah kenapa buat Sehun ini terasa sangat cepat. Tak lama
mereka sudah sampai di depan sebuah rumah kecil yang terlihat sangat sederhana,
bahkan saking sederhannya rumah itu malah terkesan tak layak pakai.
Sehun masuk ke dalam rumahnya dan
Taeyeon mengekor di belakangnya. Tepat setelah dia melepaskan sepatunya seorang
yeoja yang membuatnya sakit lebih parah mendekat dan tiga namja tampan mengekor
di belakangnya.
Sehun hanya diam dan menurut saat
yeoja yang bersetatus noonanya itu menggiringnya ke ruang keluarga yang
sekaligus berguna sebagai ruang makan dan ruang TV atau kadang jadi kamarnya
saat dia malas tidur satu kamar dengan noonanya.
Tangan Sooyeon bergerak
membersihkan luka yang ada pada lutut, siku dan buku-buku jari Sehun yang
sampai saat itu masih basah dengan darah. Sesekali Sehun meringis sakit tapi
dia tahan.
Alasannya karena di sana juga ada
tiga namja lain yang mungkin saja akan menertawakannya jika dia berteriak dan
lagi karena ada Sooyeon juga. Dia tak ingin tampil lemah di hadapan orang-orang
yang mengelilinginya saat ini. Dia juga ingin tampil hebat sesekali menunjukan
apa yang dia bisa.
“Sehun, noona minta maaf,
mianhae, jeongmal mianhae Sehun,” ucap Sooyeon yang tangannya masih sibuk
menggulungkan perban pada tangan Sehun yang terluka.
Sehun diam. Begitu juga dengan Kai,
Taemin, Taeyeon, dan Donghae yang saat ini hanya berperan sebagai piguran saja.
“Aku rasa aku harus pulang
sekarang,” ucap Taeyeon yang membuat suasana hening di ruangan sempit itu
sedikit mencair. “Kai kau ikut aku pulang, biarkan mereka menyelesaikan masalah
mereka,” tambah Taeyeon seraya menggeret dongsaengnya yang memiliki warna kulit
jauh berbeda darinya.
“Kalau begitu aku juga pulang
saja, kajja Taem,” Donghae menggeret dongsaengnya untuk mengikuti langkan
Taeyeon dan Kai yang sudah lebih dulu keluar.
Kini dalam ruangan sempit itu
hanya tersisa dua manusia yang sedang terlibat konflik, tepatnya masalah yang
dibuat besar oleh satu pihak. Dan pelakunya adalah namja yang sekarang masih
diam dengan memandang lukanya yang tertutup perban.
“Sehun,” yang di panggil tak
berekasi saat mendengar suara lembut pemanggilnya.
Sehun POV
“Sehun,” aku diam saja saat Sooyeon
noona memanggilku. Aku masih merasa ini bukan saat yang tepat untuk membalas
apa yang dia bilang tadi. Aku masih terlalu sakit saat ini.
Taeyeon noona juga, apa sih
maksudnya meninggalkan aku dengan Sooyeon noona. Katanya dia mengerti keadaanku
tapi kanapa malah membiarkan aku seperti ini. Apa motifnya sebenarnya??
“Sehun,” untuk kedua kalinya Sooyeon
noona memanggilku yang masih belum beranjak dati tadi.
“Noona tau kenapa kau seperti ini
pada noona. Noona sadar ini memang salah noona,” suaranya terdengar bergetar.
Apa dia menangis??
“Sehun mianhae, noona benar-benar
minta maaf,” aku masih diam dan tak merespon apapun yang di katakan noona. Dan
kini aku yakin dia memangis, karena aku mendengar isakannya.
“Maafkan noona Sehun. Tapi noona
memang tak berniat untuk melanggar semuanya. Noona tau noona salah, makanya
noona minta maaf, tolong maafkan noona,” kini isakannya menyertai kata-katanya.
Ini terdengar menyakitkan untukku.
Aku benci setiap kali Sooyeon noona menangis. Apa lagi kalau dia menangis
karenaku. Aku tidak suka mendengarnya terisak, karena itu membuat aku semakin
sakit hati. Aku merasa seperti tak berguna saat mendengarnya menangis.
Aku ini namja, dan aku yang
seharusnya menjaga juga melindungi noonaku agar dia tak menangis seperti ini.
Tapi nyatanya akulah yang membuatnya sering membuang bulir air berlian dari
mata indahnya. Akulah yang menyakiti hatinya.
Tapi sekalipun aku memiliki rasa
ingin minta maaf padanya aku tidak akan melakukan itu. Tau kenapa?? Karena aku
memiliki ego yang besar. Aku sadar akan hal itu, makanya hingga saat ini aku
masih diam mendengarnya terisak di belakangku.
Andai aku bisa berpura-pura lupa
akan semua rasa sakit ini mungkin saat ini akan aku peluk dirimu noona. Tapi
nyatanya saat ini aku tak bisa berpura-pura lupa dan menjadi orang bodoh yang
menjatuhkan dirinya di depan orang yang harusnya dia lindungi. Aku masih tetap
pada ego dan ideologiku noona.
“Sehun, beri tahu noona apa yang
bisa noona lakukan agar kau mau memaafkan noona??” Aku diam. “Jawab Sehun,
jangan hanya diam. Kau pasti mendengar noona kan??” Dia mengguncang tubuhku.
Saat ini sudah ada di depanku dan menatapku yang tertunduk.
“Jawab!!” Dia berteriak dalam
isakannya dan terus mengguncang tubuhku seolah berusaha menyadarkan aku yang
sedang mabuk.
Aku mendongak melihatnya.
Menatapnya matanya dalam, sangat dalam agar dia merasakan apa yang aku rasakan.
Agar dia tau apa yang aku inginkan.
“Jung Sehoon,” ucapnya lirih.
“Noona bilang noona tau apa salah
noona, coba noona katakan apa salah noona,” jawabku masih dengan nada dingin
yang biasanya aku gunakan.
“Noona sudah melanggar janji
noona, noona tak selalu ada untukmu dan tak selalu menemanimu, noona juga sudah
sering meninggalkanmu, noona sudah terlalu sering membiarkanmu sendirin,
mianhae Sehun.” Kini dia yang menunduk di hadapanku.
“Kalau noona sadar kenapa noona
tak berhenti??” Tanyaku lagi. Kini nadaku sedikit berubah lebih tinggi. Jujur
aku rasanya ingin sekali memarahi nooanku ini.
“Mianhae, tapi noona memang tak
bisa meninggalkan pekerjaan noona,”
“Memang selalu itu yang jadi
alasan noona.” Jawabku sinis.
“Aniya Sehun. Kalau noona bisa
noona juga ingin punya waktu untukmu. Noona ingin kencan berdua denganmu, noona
ingin dinner denganmu dan melakukan hal yang dulu sering kita lakukan berdua,”
aku anggap itu pembelaan darinya. Tapi tak sepenuhnya aku menerima itu semua.
“Noona hanya tak ingin kita terus
kekurangan seperti saat ini. Noona ingin kau terus sekolah, noona ingin kau
lebih dari noona saat ini Sehun, hanya itu.”
“Lalu noona pikir dengan noona
bekerja penuh noona bisa membuat semua itu jadi kenyataan?? Noona pikir uang
yang noona hasilkan itu akan aku terima begitu saja??” Dia diam menatapku
dengan mata yang masih basah dengan air matanya.
“Noona tau?? Dulu aku selalu
kasihan melihat noona yang selalu bekerja penuh untukku tapi sekarang aku anggap
noona bodoh karena terus melakukan itu dan meninggalkan aku, melupakan janji
noona padaku,” tambahku dan dia masih diam.
“Aku ingin bisa lebih dari noona,
jadi sebelum noona memintanya aku sudah merancang masa depanku sendiri, dan aku
tau apa yang aku butuhkan. Noona benar aku butuh uang untuk semua itu, tapi
yang lebih aku butuhkan adalah semangat dan motivasi darimu noona. Aku ingin
sekali sharing dengan noona saat aku mendapakan hal baru yang mungkin bisa aku
jadikan target, tapi noona selalu sibuk bahkan di hari peringatan kematian
eomma dan appa,” ucapku panjang.
“Sehun..” Aku langsung memotong
ucapannya karena aku belum selesai bicara.
“Aku kadang iri mendengar Kai
yang bercerita kalau Taeyeon noona melarangnya memilih jurusan yang ingin dia
mabil di universitas nanti, atau kadang aku iri mendengar Taemin hyung yang
harus berusaha mendapat izin dari Donghae hyung untuk bisa ikut club tertentu.
Kau tau noona?? Aku juga ingin sekali-kali dilarang olehmu. Tapi nyatanya kau
tak pernah tau apa yang aku lakukan jadi mana mungkin kau bisa melarangku.
Sekalipun aku bilang kau mungkin hanya akan menjawab terserah aku saja asal itu
baik untukku,” aku berhenti mengambil nafas dan aku lanjutkan lagi.
“Aku ingin noonaku yang dulu ada
lagi, di sini, aku ingin Sooyeon noonaku yang sangat perhatin padaku dan Sooyeon
noonaku yang akan melarangku saat aku bermain dengan anak blok sebelah yang
terkenal brutal. Aku rindu teriakan Sooyeon noonaku yang melarangku pergi saat
hujan deras, aku rindu saat Sooyeon noonaku menanyakan apa yang akan aku
lakukan besok, aku ingin merasakan apa yang dulu aku rasakan,” air mataku turun
dan aku biarkan noonaku melihatku menangis.
“Sehun..” Lagi kupotong
kata-katanya.
“Aku takut noona, aku takut kau
juga akan pergi seperti appa dan eomma, aku takut kau lupa padaku. Jadi sebelum
semua ketakutan itu menguasaiku lebih baik aku lari dan pergi darimu. Andai aku
bisa, aku ingin tak memiliki rasa sayang ini agar aku tak perlu menyakitimu
karena sifatku yang egois menginginkanmu untuk terus ada di sisiku,” tangan Sooyeon
noona meraih pipiku mengapus airmataku yang menurutku memalukan ini.
“Sehun, mianhae. Noona memang
salah, noona memang tak bisa jadi noona yang baik untukmu, maafkan noona Sehun,
dan maaf juga karena noona takut berjanji lagi padamu. Noona takut tak bisa
menepatinya lagi, tapi noona akan usahakan untuk bisa jadi yang terbaik, jadi
maafkan noona ne??” Entah kenapa kepalaku terasa begitu ringan hingga aku
mengagguk dan dia langsung memelukku.
Pelukan yang sudah aku rindukan
selama setahun lebih. Pelukan hangat dari noona yang hanya ada satu-satuanya
untukku. Tak ada yeoja di dunia ini yang bisa menempati tempat khusus untuk
Sooyeon noona dalam hatiku.
“Jangan bersikap dingin pada
noona lagi ne??” Aku mengagguk dalam pelukannya.
Entahlah, malam ini aku merasa
ingin tidur bersama noonaku lagi. Aku ingin dia yang menyelimuti aku lagi
persis seperti dulu setelah eomma pergi meninggalkan kami. Aku ingin bisa
memeluk noonaku lagi seperti saat aku masih kecil. Aneh dan tak wajar memang. Tapi
Sooyeon noona mengijinkan aku memeluknya saat tidur dan bahkan dia tak keberata
aku bersikap childish seperti dulu.
Mungkin dia menganggap ini
bayaran dari semuanya. Tapi aku anggap ini adalah doa yang terkabul. Karena
sebenarnya aku memiliki doa agar aku dan Sooyeon noona akan selalu ada pada
masa anak-anak, agar kami bisa terus bersama dan tak akan ada yang mengganggu,
seperti Donghae hyung.
Tapi biar itu tidak mungkin aku
masih bersyukur karena aku masih pemilik Sooyeon noona sampai saat ini.
THE
END
This entry was posted on October 4, 2009 at 12:14 pm, and is filed under
beranda,
Donghae,
EXO,
Fanfiction,
Jessica,
Kai,
Kim JongIn,
Sehun,
SHINee,
SNSD,
Story,
Super Junior,
Taemin,
Taeyeon
. Follow any responses to this post through RSS. You can leave a response, or trackback from your own site.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar