Title : Promise and Me
Author : Eun-Febby.Hae or Febby Fatma
Length : 3734 words, OneShort
Genre : Family Story, Friendship, School Life, Etc…
Rating : General
Cast :
·         Oh Sehun as Jung Sehun
·         Jessica Jung as Jung Sooyeon
·         Kim Jongin as Kai
·         Lee Donghae as Donghae
·         Lee Taemin as Taemin
·         Kim Taeyeon as Taeyeon

Di cerita kali ini aku gak ngambil konflik tentang percintaan tapi lebih kehubungan saudara yang menurutku sedikit aneh memang. Tapi abaikan saja kata ‘aneh’ itu.
Owh iya.. reader, dalam cerita ini Sehun ganti marga lagi. Tadinya sih aku emang mau pake marganya Sehun tapi Jessica-nya yang gak cocok pake marga Oh. Jadi Sehun yang berkorban deh.. gapapa kan?? Dan di sini juga aku sengaja pake nama aslinya Jessica eonni, yap, Sooyeon itu nama aslinya Jessica.. kalian pasti tau itu kan?? Jadi gak usah kaget ya..
Udahlah.. pada langsung baca aja ya?? Dan jangan lupa RCLnya Karena aku ini benci SR.. 

Good bye next story..

***               
       
Seorang yeoja cantik sedang berjalan di trotoar jalanan di tengan dinginnya salju bulan February yang sangat dingin. Ini memang bukan puncak musim dingin tapi suhu sekarang sekitar -4 celcius. Cukup untuk membuat tubuh orang yang terlalu lama di luar rumah untuk membeku .

Yeoja itu menenteng sebuah bungkusan berisi dokkboki yang dia beli tadi di kedai dokkboki  setelah
keluar dari restoran tempat dia bekerja. Dia hari ini kena sif pagi, sebenarnya dia sudah bisa pulang sejak jam 5 sore tadi. Tapi karena ada salah satu temannya yang meminta tolong karena harus datang telat, maka dia bersedia menggantikan posisi temannya itu.

Sebuah senyum terulas di bibir yeoja itu. Dalam angannya dia sedang membayangkan beberapa hal dan salah satunya adalah seseorang yang akan dia temui selepas pulang kerja ini.

“Semoga saja dia belum tidur.” Ucap yeoja cantik itu.

Dinginnya suhu seperti tak terasa olehnya. Dia terlalu asik dengan angannya tentang orang yang akan dia temui saat ini. Bayangan akan di sambut dengan senyuman oleh orang yang ada dalam pikirannya lah yang mengalahkan dinginnya suhu saat itu.

Kaki yeoja itu masih terus melangkan menyusuri gang kecil setelah dia tadi sudah melewati jalanan lebar dan lumayan jauh.

Dia buka pintu rumahnya dan berharap orang yang dia bayangkan selama perjalanan pulang itu akan menyambutnya sama seperti dulu. Tapi harapannya musnah ketika dia melihat seorang namja yang sedang bergulat dengan bantal gulingnya di kasur lantai yang ada di rumah itu.

Yeoja itu hanya menghela nafas berat dan berjalan masuk tanpa berniat untuk membuat namja tampan yang tengah bermimpi indah itu terbangun atau bahkan hanya untuk sedikit terusik.

Akhirnya dokkbiki yang dia beli hanya dia makan sendirian dan setelah makan malamnya itu dia memilih untuk menyusul pergi ke mimpi mengejar namja yang tadi sudah memulai perjalanan menuju mimpi lebih dulu.

Tapi sebelum tidur dia sempat memandang namja tampan itu dengan senyum damai yang terulas di wajahnya.

“Aku selalu tenang saat kau tertidur. Aku minta maaf kalau hari ini pulang telat.” Ucap yeoja itu sambil mengelus lembut rambut namja itu.

“Besok, sebelum pergi bangunkan aku.” Setelah berkata si yeoja cantik itu mulai menenggelamkan dirinya ke dalam mimpi yang mungkin indah. Mengejar namja itu dalam mimpinya dan mengajak namja itu main sama seperti dulu.

Semoga saja mimpinya akan seperti itu.

>*_*<

‘Careless, careless. Shoot anonymous, anonymous.
Heartless, mindless. No one. Who care about me?’

Suara alarm yang ada di ponsel Sooyeon berbunyi nyaring membangunkan yeoja cantik itu dari mimpi indahnya semalam. Dengan sigap dia langsung membuka matanya dan hal pertama yang dia cari adalah namja tampan yang sangat dia sayangi.

“Aku telat bangun lagi rupanya.” Keluh yeoja itu saat dia tau kalau orang yang dia cari sudah tidak lagi ada di dalam rumah itu. Pasti sudah pergi.

“Uhh!! Sooyeon babo!!” Sooyeon memukuli kepalanya sendiri saat berkata menyesal tadi. “Coba saja aku bangun lebih pagi. Aku bisa membuatkan dia sarapan. Dia jadi tidak perlu kelaparan sampai jam istirahat.” Sesal Sooyeon lagi.
>*_*<

Namja yang pada nickname seragamnya tertulis Jung Sehoon itu berjalan sambil menendangi aspal. Sesekali jika dia menemukan batu maka batu itulah yang dia tendang.

“Aish!! Menyebalkan.” Keluh Sehun nama panggilan dari namja itu. Kakinya masih terus menendangi aspal berulang kali. Pandangannya juga sekarang terarah pada aspal bukan sesuatu yang ada di depannya.

Tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat dia melihat sepasang sepatu yang sudah pasti digunakan oleh orang yang dengan jelas sekarang ada di depannya. Jaraknya mungkin hanya sekitar 30cm dari dia.

“Wow, Jung Sehun kau terlihat sangat lemas sekali pagi ini. Apa kau tidak sarapan lagi??” Orang yang ada di hadapan Sehun saat ini adalah ketua geng yang ada di sekolahnya. Namanya Kim Jong Dae, atau panggil saja dia Jongdae.

Sehun hanya diam dan tak menggubris ucapan kakak kelas yang berada satu tingkat di atasnya itu. Dia tau apa yang akan terjadi kalau dia melawan atau bahkan hanya sekedar menjawab walau itu dengan anggukan. Apalagi sekarang Jongdae membawa 3 anggota gengnya.

“Benar bukan kau belum makan. Kalau begitu kajja, aku akan menteratirmu. Tapi kau harus mau menjadi bagian dari geng-ku.” Ucap orang itu.

“Mianhae. Aku tidak mau.” Jawab Sehun datar.

“Kau berani sekali.” Jongdae berkata dengan nada yang terdengar jelas kalau di dalamnya terkandung perasaan kesal yang begitu dalam.

Sehun diam lagi.

Tapi Jongdae merasa itu sebuah tantangan dan dengan tangannya yang sudah terbiasa digunakan untuk memukuli siswa lain dia memukul Sehun hingga Sehun jatuh tersungkur di tanah.

Sehun masih diam. Dia malas mencari masalah. Dan lagi pula dia pikir rasa sakit karena kena bogem mentah dari Jongdae itu tak akan mengalahkan rasa sakit yang dia rasakan di hatinya saat ini. Rasa sakit yang begitu dalam dan sulit dia sembuhkan kecuali….

“Woy, woy, woy….” Seorang namja yang bisa di bilang hitam untuk ukuran orang korea datang dan menangahi perkelahian satu pihak yang bisa juga di bilang sebagai tindakan pembullyan itu.

“Apa yang kalian lakukan?? Kalian main keroyokan??” Tanya namja yang mendedikasikan dirinya sebagai sahabat Sehun, namanya Kim Joong In atau Sehun memanggilnya dengan nama Kai.

“Untuk apa kau datang ke sini kami tak ada urusan denganmu. Jadi pergi sana!!” Jongdae mengusir Kai. Tapi dengan gampangnya Kai hanya bilang.

“Urusannya juga urusanku.” Itu kata Kai.

Jadi mau tidak mau Jongdae harus mundur dari pada dia yang nanti kenapa-napa. Dia tau dengan jelas kalau Kai adalah adik dari seorang advokad muda. Bisa di tuntut nanti jika harus berurusan dengan adik seorang ahli hukum.

Kai mengulurkan tangannya kepada Sehun dan membantu sahabatnya itu untuk berdiri. “Gwenchana?”

“Ne, gwenchana.”

“Kenapa tadi kau diam saja?? Kau bisa mengalahkan mereka kalau kau mau bukan?? Kenapa malah kau sembunyikan kemampuan bela dirimu itu??” Kai langsung mengintrogasi Sehun yang saat itu masih memegangi bibirnya yang pada bagian sudutnya berdarah Karen bogem mentah Jongdae tadi.

“Aku malas membuat masalah dengan pecundang satu itu. Tanpa masalah dengan pecundang itu saja hidupku sudah sulit apa lagi kalau harus mengganti biaya berobat dia dan gengnya yang aku pukuli. Aku tidak akan sanggup.” Jawab Sehun yang sesekali mendesak sakit pada bagian pojok bibirnya.

“Ah, aku tau pasti itu yang akan kau katakan,” Kai hanya tersenyum miris mendengar jawaban sahabatnya itu.
“Tapi lain kali jangan mau kalah atau paling tidak kau harus menghindar. Bagaimana jika noonamu tau kau dipukuli?? Kau tidak kasihan??” Sehun hanya mengangguk menyahuti apa yang Kai katakan.

Kai dan Sehun berjalan menuju sekolah mereka yang sebenarnya hanya tingga 100 meter lagi.

“Kai, Sehun!!” Teriak seseorang yang jelas ada di belakang mereka.

“Hyung…” hanya Kai yang menyahuti namja cantik yang ada di belakang mereka itu.

“Sehun kau kenapa?? Kau kalah oleh preman mana??” Tanya namja yang di nickname nya tertulis Lee Taemin.

“Dia tidak kalah hanya mengalah karena takut disuruh mengganti uang berobat.” Kai juga yang menyahuti.

“Hahaha…. Kau selalu rela mengalah hanya karena kau tidak punya uang. Kalau kau menang aku akan membantumu untuk mengganti uang berobat tapi asalkan itu tidak sampai operasi.” Taemin menyahuti sambil mengusap rambut Sehun lembut.

“Aku tidak mau menyusahkanmu hyung. Aku takut bukan hanya membuat orang yang aku pukuli itu operas tapi mati. Jadi lebih baik tidak usah.” Ujar Sehun menolak tawaran gila Taemin.

“Hah!! Kau bisa membunuh mereka??”

“Itu mudah hyung. Aku hanya harus mematahkan tulang leher mereka. Kalau dalam hitungan satu jam tidak ada yang menyelamatkannya maka mereka mati.” Jawab Sehun santai.

“Wah, kau semakin hari semakin hebat dan seram saja, ya??” Taemin lagi-lagi mengusap rambut saengnya itu.

“Aku juga ingin bisa sepertimu.” Kai ikut berbicara.
>*_*<

Hari ini Sooyeon pulang cepat, karena tidak perlu menggantikan posisi temannya. Jadi langsung pulang, dan kali ini dia tidak sendirian melainkan dengan seorang namja yang sudah menjadikannya yeojachingu dari namja itu sejak 2 tahun lalu.

“Waeyo Yeong??” Namja yang memiliki nama asli Lee Donghae itu sudah merasakan kalau ada yang aneh dengan yeojachingunya itu.

“Aniya.”

“Jangan bohong. Apa ini ada hubungannya dengan Sehun lagi??” Tanya namja itu.

“Ne, oppa. Dia itu kenapa ya?? Salahku apa oppa?? Kenapa dia sekarang seperti semakin menjauhi aku?? Kalau ini semua hanya karena uang, aku janji padanya, aku akan bekerja lebih giat agar dia tidak kekurangan, tapi aku tidak ingin dijauhi olehnya. Aku terlalu takut oppa. Aku takut dia pergi dariku seperti appa dan eomma yang pergi begitu saja meninggalkan aku dan Sehun,” Sooyeon kembali meneteskan air matanya lagi setelah berkeluh pada namjachingunya.

“Aku rindu padanya oppa. Setiap kali aku melihatnya tertidur aku ingin sekali memeluknya. Tapi aku takut membangunkannya. Aku tidak mau mengganggu mimpi indahnya,” Sooyeon melanjutkan kata-katanya.

“Kau tenang saja dia tidak akan pergi. Dia mungkin hanya merasa kurang perhatian dan merasa kesal padamu karena kau terlalu sering lembur. Aku yakin dia juga sangat merindukanmu.” Donghae menenangkan yeojachingunya itu.

Mereka pulang jalan kaki. Karena memang kebetulan rumah mereka searah dan kebetulan hari ini motornya Donghae sedang dipakai oleh adiknya. Yeah, Lee Taemin. Sedangkan Kai atau Kim Jong In adalah adik dari sahabat Sooyeon, Kim Taeyeon.

Sampai di depan sebuah gang kecil, Sooyeon dan Donghae berpisah, dari situ arah rumah mereka sudah berbeda. Rumah Donghae masih satu gang lagi.

Sampai di rumah Sooyeon terlihat senang melihat Sehun yang sedang duduk menonton TV. Karena biasanya kalau Sooyeon sedang lembur, saat pulang Sehun pasti sedang tidur, atau kadang kalau pulang cepat seperti sekarang Sehun malah yang pulang malam. Mereka mungkin bisa bertemu saat pagi, tapi itu hanya berlaku bagi hari minggu. Karena kalau tidak Sehun akan berangat pagi-pagi sekali untuk ke sekolah.

Karena tidak naik bis, dia jadi harus jalan kaki sejauh kurang lebih 4 kilo meter, dan butuh waktu sekitar 1 jam jika tidak ingin telat tapi jalannya masih lumayan santai. Jadi setiap hari Sehun harus berangkat sekolah sekitar jam 5.30 a.m.

Padahal teman-teman seumurnya jam segitu masih ada yang malas-malasan bangun, contohnya saja Kai. Tapi Sehun sudah harus berangkat sekolah ditambah lagi dengan kondisi perut yang terkadang kosong.

Maklum, kadang karena saking capenya, Sooyeon malah yang bangunya kesiangan. Tapi sekalipun lapar Sehun lebih memilih untuk tidak mengganggu tidur noonanya itu. Lebih baik dia makan nanti saat istirahat di sekolah. Berhubung sekolah Sehun menyiapkan kupon makan siang, jadi itu benar-benar dimafaatkan oleh seorang Jung Sehun.

“Kau sudah makan?” Tanya Sooyeon membuka pembicaraan.

“Belum.” Jawab Sehun singkat. Ada nada dingin yang terlibat dari dua patah kata yang dia ucapkan itu.

“Kalau begitu kajja makan bersama, aku sudah membelikan daging bakar untuk makan malam kita.” Ajak Sooyeon. Dalam hati dia berharap kalau saengnya itu tidak akan menolaknya lagi.

“Noona, aku belum bayar SPP 3 bulan, kau tidak lupakan??” Tanya Sehun tanpa menoleh pada noonanya. Bahkan dia tidak mendekat untuk makan bersama.

“Ne noona tau. Tapi mianhae. Noona baru bisa memberikanmu uangnya minggu depan. Kau bisa bilangkan pada staf tata usahanya??” Sejujurnya Sooyeon merasa sangat bersalah karena setiap mau membayar bulanan sekolah pasti harus menunggak selama 3-4 bulan.

“Ne.” Respon Sehun sederhana plus datar.

“Kalau begitu kajja kita makan bersama.” Sooyeon mengulangi ajaknya. Tapi Sehun tidak bergerak dan hanya terus memandang TV.

Sooyeon mendekati Sehun dan menarik tangan Sehun agar ikut dengannya makan di meja. Tapi Sehun malah menolak.

“Kau kenapa?? Kajja makan bersama.”

“Aniya. Kau makan saja sendiri…. Aku nanti saja.” Sehun memalingkan wajahnya, berusaha menutupi memar yang ada di wajahnya. Tapi telat, Sooyeon sudah melihatnya terlebih dahulu…

“Wajahmu kenapa??” Sooyeon langsung meraih wajah saengnya itu. Tapi Sehun dengan cepat langsung memalingkannnya lagi.

“Kau kenapa?? Di pukuli chingudeulmu??”

“Aniya.”

“Jangan bohong padaku. Siapa yang memukulimu?? Biar aku adukan dia nanti.” Sooyeon kembali meraih wajah Sehun dan melihat memar di ujung bibir saengnya itu.

“Lepas. Aku baik-baik saja. Tak perlu berpura-pura perduli padaku.” Sehun menepis tangan Sooyeon di sertai dengan kata-kata yang terbilang kasar itu, dan membuat Sooyeon melepasakan tangannya dari wajah Sehun.

“Kau ini bicara apa?? Aku kakakmu, tentu aku perduli padamu.”

“Tch, perduli katamu?? Sayangnya aku tak pernah merasa kalau kau itu perduli padaku.” Lagi-lagi kata-kata yang Sehun ucapkan adalah kata-kata yang terbilang kasar atau malah sangat kasar.

“Sehun. Kau kenapa??” Suara Sooyeon mulai lirih saat berkata. Dadanya sesak, kata-kata saengnya itu benar-benar begitu menusuk hatinya. ‘Apa aku tidak pernah perduli padanya?’ itulah pertanyaan yang melayang-layang di kepala Sooyeon sekarang.

“Kau yang kenapa noona?? Sekarang kau berubah, kau tidak seperti dulu lagi, kau sudah lupa dengan janjimu dan kau sudah tidak pernah perduli denganku lagi.” Sehun bangun dari duduknya dan berdiri melihat noona yang sangat dia sayangi sedang menangis lirih di hadapannya.

Tanpa berkata apapun Sehun keluar rumahnya dan pergi meninggalkan Sooyeon sendirian di rumah. Sedangkan Sooyeon setelah kepergian saengnya yang sangat dia sayangi, saeng yang hanya satu-satunya itu. Dia masih menangis.

“Benarkah aku berubah?? Tapi apa yang berubah dariku??” Pertanyaan itu terlontar dari Sooyeon untuk dirinya sendiri.

­>*_*<

Sehun berjalan lemas menuju taman yang ada di daerah tempat tinggalnya. Dadanya sesak melihat noonanya menangis tadi. Sebenarnya dia tidak ingin menyakiti hati Sooyeon, tapi entah setan apa yang merasuki dia dan membuat dia mengatakan kata-kata kasar macam tadi.

Sekarang namja tampan dengan kulit seputih susu dan rambut coklat itu duduk di salah satu ayunan yang ada di taman kompleknya. Tempat inilah yang selalu dia jadikan tempat menyendiri. Kapanpun itu. Terutama untuk saat seperti ini.

Tapi dia lupa satu hal. Malam ini adalah malam di musim dingin. Sekarang dia hanya menggunakan switer panjang yang dulunya adalah kado ulang tahun dari noonanya. Tapi, jika tanpa jake, dalam waktu kurang dari satu jam mungkin dia sudah bisa terkena Hipotermia.

Untung, dia tidak lupa membawa ponselnya. Jadi dia menyuruh sahabatnya untuk datang ke taman itu dan membawakan dia jaket yang bisa sedikit menghangatkan tubuhnya. Itu lebih baik dari pada harus mati karena hipotermia di lingkungan sekitar rumah.

Tidak lama, Kai, teman dan sahabatnya sudah tiba dan membawakan dia sebuah jaket tebal yang pasti bisa menghangatkan dia.

“Ini cepat kenakan??” Suruh Kai.

Sehun POV
Aku kenakan jaket tebal yang sudah susah payah di bawakan Kai tadi. Aku tau ini pasti jaket milik appanya yang dia ambil diam-diam. Hah, anak itu, aku suruh dia meminjamkan aku jaketnya bukan jaket appanya. Tapi baiklah, dari pada aku harus mati kedinginan.

“Kau kenapa lagi??” Kai membuka topik dengan pertanyaan yang selalu dia ajukan di saat seperti ini.

“Ani.” Aku dan Kai berucap kompak. Dia sudah bisa membaca apa yang akan aku katakan karena aku memang hanya selalu menjawab itu.

“Kau pasti ada masalah dengan noonamu lagi kan??” Tebakan Kai benar dan aku hanya diam. Aku tau Kai pasti sudah tau jawabannya adalah iya, walau aku tak mengatakannya.

“Kenapa kau selalu seperti itu padanya?? Kau tidak kasihan?” Aku diam. Menyahuti apa yang Kai katakan sama saja dengan mengajaknya lomba debat.

“Sudah hampir satu tahun kau bersikap seperti ini pada Sooyeon noona. Kau kejam sekali Sehun. Dia itu satu-satunya yang kau miliki saat ini. Kau tidak takut kalau dia akan pergi nantinya??” Aku hanya menghela nafas berat.

“Ya!! Aku mengajakmu bicara saat ini.” Aku tersentak kaget saat Kai tiba-tiba saja berteriak tepat di depan lubang telingaku. Aku dapat merasakan betapa besarnya gelombang yang di terima gendang telingaku dan untung saja gendang telingaku masih sanggup bertahan.

“Kau ini, aku masih belum tuli, apa kau mau membuatku tuli??” Aku berusaha kabur dari topic yang tadi.

“Jawab aku!!” Dia menatapku dengan tatapan itu lagi. Tatapan memaksa yang sama sekali tidak menakutkan untukku.

“Jawab apa??”

“Kenapa kau bersikap seperti ini pada Sooyeon noona??” Aku diam sesaat. Aku tau suatu saat nanti aku memang harus bilang pada Kai apa alasananya karena dia memang pantas di beritahu. Dia selalu ada saat aku butuh bantuan untuk kabur.

“Aku tidak tau,” aku jawab pertanyaan namja babo depan mataku ini.

“Jangan bohong!!” Kali ini dia mendesakku. Aish, tidak bisakah dia diam saja dan tidak menggangguku. Aku butuh waktu saat ini.

“Aku malas membahas ini Kai, jadi diam lah sebelum aku bertambah kesal,” ancamku pada sahabatku yang terkadang terlalu banyak bicara ini.

Dia diam begitu pula denganku. Sekarang ada perasaan bersalah yang mengalir di dalam dadaku saat aku ingat bagaimana wajah Sooyeon noona tadi. Apa aku keterlaluan tadi??

Jujur saja aku juga tidak ingin melakukan itu padanya. Aku sayang padanya, hanya saja aku merasa dia berubah terlalu jauh dan satu hal lagi yang membuatku lebih kesal. Dia lupa akan janjinya padaku dulu. Janji yang dia ikrarkan di depan makam eomma dan appa.
Sehun POV end

Flashback
Seorang namja yang umurnya sekitar 14 tahun sedang menangis menghadap makam kedua orang tuanya yang baru saja dikuburkan beberapa menit yang lalu. Di sebalah kanannya ada sang noona yang juga sedang menangis. Tapi dapat dipastikan kalau yeoja yang berdiri di samping namja itu terlihat lebih tegar.

“Sehun,” yeoja yang di ketahui bernama Sooyeon itu merangkul saengnya yang sedang menangisi kedua orang tua mereka.

“Noona kita harus bagaimana?? Kita tidak punya saudara di Seoul, apa harus kita pergi ke rumah halmoni di Jeju?” Namja itu bertanya disertai dengan isakan yang masih belum juga hilang.

“Aniya, kita akan tetap di Seoul, kita tidak bisa meninggalkan semua yang ada di sini.” Sahut Sooyeon dengan tangan yang terus mengelus punggung saengnya itu dan mata yang sedari tadi memandang nisan kedua orang tuanya.

“Tapi aku takut noona,” Sehun masih terus menangis.

“Kau tak perlu takut, noona janji akan selalu ada untukmu dan selalu menemanimu, noona juga janji kita akan baik-baik saja sampai kapanpun, karena kita akan selalu bersama,” ucap Sooyeon seraya menggerakan jarinya menghapus jejak-jejak air mata di pipi saengnya yang tampan itu.

“Noona, yakseo?”

“Ne yakseo.” Jawab Sooyeon mantap.
Flashback end

Sehun masih ingat semuanya tentang janji itu. Janji Sooyeon padanya dan semua perlakuan Sooyeon yang dia rasa melenceng dari janji itu.

“Kau mau pulang?” Kai bangun berdiri dan menghadap Sehun.

“Aniya, aku malas pulang,” yang ditanya hanya menjawab asal dan tanpa menghadap Kai sama sekali. Dia masih terlalu sibuk dengan otaknya sendiri, memikirkan hal yang mungkin tak sampai untuk dijangkau angannya.

“Kau mau mati konyol di sini?” Pertanyaan Kai kali ini sedikit memberikan respon yang bisa membuat Sehun mendongak melihatnya.

“Sudah aku bilang aku malas pulang ke rumah,” jawab Sehun lagi.

“Kalau begitu kajja kita ke rumah Taemin hyung, aku rasa di sana ada makanan enak. Kau pasti belum makan bukan??” Tawar Kai dan langsung mendapat anggukan setuju dari Sehun.

“Dari mana kau tau aku belum makan, jangan bilang kau mampir ke rumahku tadi…” tebak Sehun, dan itu tebakan yang salah.

“Tentu saja tidak. Buat apa aku ke rumahmu,  babo?? Kau kan menyuruhku ke taman,” Kai hanya tersenyum.

“Lalu?”

“Dari tadi perutmu itu berisik sekali, mana mungkin aku tidak tau,” Kai melempari Sehun dengan tatapan meledek yang kentara jelas dan membuat sahabatnya itu malu.

“Jinjja??” Karena tidak mau kalah, akhirnya Sehun memasang tampang seolah dia tidak tau apa-apa.

“Neee” Kai mulai lagi dengan gaya lebaynya.

Selama di jalan mereka terus bercanda, membicarakan preman sekolah yang sama sekali tidak menakutkan menurut Sehun dan Kai juga membicarakan yeoja cantik yang sekelas dengan mereka.

Inilah sebabnya Sehun terus mau bermain dengan Kai, karena namja ini bisa mengerti dia dan keadaanya. Dan selalu punya cara untuk membuat Sehun merasa sedikit lebih baik, melupakan sedikit masalahnya dan tau tempat-tempat yang sesuai dengan apa yang dia butuhkan. Contohnya sekarang.

>*_*<

Sudah jam 11 malam, tapi Sehun belum juga pulang. Sooyeon tentu saja khawatir padanya. Sebenarnya Sehun pulang malam itu hal yang biasa untuknya, tapi yang jadi masalah adalah saat Sehun pergi dia sedang dalam keadaan marah pada Sooyeon, jelas saja yeoja itu ketakutan setengah mati. Beda dengan yang sebelumnya, Sehun hanya pergi bermain ke rumah chingudeulnya.

Sooyeon masih terus mondar-mandir di depan pintu rumahnya. Ini adalah rumah yang dia beli dengan uang yang dia dapat saat menjual rumah lamanya. Karena bingung saat ditinggal kedua orang tuanya, akhirnya Sooyeon menjual rumah itu dan memutuskan untuk pindah ke rumah yang lebih kecil, kerana dia juga hanya tinggal berdua dengan Sehun.

Saat orang tuanya pergi meninggalkannya karena kecelakaan sial yang merubah semuanya itu, Sooyeon masih kuliah dengan jurusan tata busana, cita-citanya adalah menjadi seorang desainer ternama, tapi karena kejadian sial itu dia harus berhenti kuliah di semester 4, dan kini dia hanya bisa bekerja menjadi seorang pelayan di sebuah restaurant di Seoul.

Dia relakan semuanya, yang dia pikirkan hanya masa depan Sehun. Dia ingin adiknya itu sukses dan bisa hidup baik lagi seperti saat masih ada appa dan eommanya. Dia relakan cita-citanya dan masa mudanya untuk bekerja, itu semua semata-mata hanya untuk Sehun. Dia rela bekerja dari pagi hingga malam, itu juga hanya untuk masa depan saengnya yang sangat dia sayang itu.

Tapi dia lupa beberapa hal. Dia lupa akan janjinya pada Sehun dan dia lupa kalau Sehun juga butuh dirinya, bukan hanya materi.

Drrrttt drrrrttt

Ponsel Sooyeon yang sedari tadi dia pegang bergetar. Harapannya yang menelponya itu Sehun. Jadi tanpa melihat siapa yang menelpon dia langsung mengangkatnya.

“Yeoboseo, Sehun kau di mana? Kenapa belum pulang? Ini sudah larut malam, pulang lah. Noona minta maaf atas kejadian tadi, jadi palli pulang Sehunnie,” ucap Sooyeon tanpa jeda dan bahkan membuat orang yang menelponnya saja tidak bisa membalas kata ‘yeoboseo’ tadi.

“Ya, ya, aku bukan Sehun, aku lee Donghae namjachingumu.” Ucap Donghae yang kaget juga mendengar nada khawatir yang tertempel jelas disetiap kata yang di ucapkan yeojachingunya.

“Owh, oppa, kenapa kau yang telpon??” Ucap Sooyeon yang mendadak langsung lesu.

“Jadi kau tidak suka aku menelponmu, ini kan malam minggu, wajar kalau aku menelponmu, tapi sepertinya kau tidak suka, ya sudah, aku matikan,” Donghae menggunakan nada kecewanya saat bicara tadi.

“A..aniya oppa, aku hanya sedang cemas saja saat ini, Sehun belum pulang,” jelas Sooyeon dan terdengar kekehan Donghae dari sebrang sana.

“Kau tenang saja chagi, Sehun sudah tidur di ranjang Taemin sekarang, tadi dia datang bersama Kai, tapi ketika Kai mengajaknya pulang dia bilang dia malas pulang ke rumah, jadi kusuruh dia tidur di sini, dari pada dia ikut pulang dengan Kai dan tidur di luar lebih baik di sini dengan Taemin bukan??” Ucap Donghae menjelaskan panjang lebar.

Sooyeon langsung menghela nafas berat. “Gomawo oppa,” ucapnya kemudian.

“Sudah, jangan khawatir lagi, kau tidur sana, besokkan hari minggu kita olahraga bersama, akan aku paksa Sehun untuk ikut.” Janji Donghae dan langsung di setujui oleh Sooyeon.

Setelah selesai bertelpon ria dengan namjachingunya Sooyeon bergegas untuk tidur. Dia tidak ingin besok saat olahraga dengan Sehun dia terlihat tidak segar.

>*_*<

Sehun POV
Aku terbangun dari mimpi indahku setelah ku dengar suara panci yang dipukul dengan spatula tepat di depan lubang telingaku. Sepertinya Taemin hyung juga mengalami hal yang tak berbeda jauh denganku.

“Ya!! Aish!! Hyung apa yang kau lakukan hah!!” Teriak Taemin hyung yang sepertinya tak terima mimpinya diganggu.

“Palli ireona, kita harus olahraga.” Jawab Donghae hyung santai. Aish calon kakak ipar macam apa dia? Masa kesan pertama aku menginap di rumahnya seperti ini. Kalau aku tidak merestui hubungannya dengan Sooyeon noona baru tau rasa dia.

“Hyung, ini hari minggu, aku ingin bangun siang,” haha… aku sependapat denganmu Taemin hyung, jadi kuanggukan kepalaku sebagai tanda setuju.

“Andwe, kalian harus ikut olahraga bersamaku,” Donghae hyung menyibakkan selimut yang masih menyelimuti setengah tubuhku dan seluruh tubuh Taemin hyung.

“Ya!! Kalian itu namja, dan tidak seharusnya namja malas berolahraga, kalian mau otot-otot kalian kendur??” Donghae hyung masih saja memaksa dengan teriakan yang memekakan telingaku. Aku setuju jika saat menyanyi suaranya bagus tidak kalah bagus dengan para boyband di luar sana, tapi saat seperti ini suaranya benar-benar jelek dan bisa membuatku tuli.

“Sehun, palli ireona, bukannya kau itu preman, mana ada preman yang ototnya kendur, jadi kajja olahraga denganku, nanti Kai juga akan bergabung dengan kita,” akhirnya mau tidak mau aku tetap ikut dengan calon kakak iparku ini.

“Taemin, PALLI IREONA!!” Donghae hyung berteriak tepat di telinga Taemin hyung.

“BERHENTI BERTERIAK DI TELINGAKU HYUNG!!” Kini Taemin hyung yang berteriak dan membuat Donghae hyung tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membangunkan saengnya yang terkenal malas itu.

“Ya sudah, cepat bersiap, aku tunggu di depan,” Donghae hyung berjalan keluar kamar Taemin hyung yang masih terlihat kesal. “Dan satu lagi Taemin,” Donghae hyung berhenti dan melihat kami, maksudku aku dan temin hyung.

“Wae??” Tanya Taemin hyung sinis.

“Pinjamkan Sehun baju olahragamu, tidak ada orang yang pergi berolahraga dengan style seperti itu,” dia menunjuku dan memasang tampang seolah dia itu orang terkeren yang ada. Beraninya dia menjelek-jelekan switer ini. Lihat saja nanti, tidak akan aku restui kau dengan noonaku….

“Ya, Sehun, kau jangan mau menjadi adik ipar namja sepertinya,” kualihkan pandanganku dan tersenyum sambil mengangguk membenarkan ucapan Taemin hyung.

“YA!! LEE TAEMIN AKU MENDENGARMU!!” Aku dan Taemin hyung tertawa terbahak mendengar teriakan Donghae hyung yang norak itu.

“Ini, kau pakai yang ini dan sana mandi duluan,” Taemin hyung melempariku sebuah celana trening dan jemper kemudian menyuruhku mandi lebih dulu dan aku turuti apa kata hyungku yang paling imut bin manis ini. Entah bagaimana dia bisa terlihat sangat cantik seperti yeoja.

Selesai mandi aku lihat Taemin hyung yang sedang asik bergulat dengan ponselnya. Ahh.. aku tau dia sedang apa, pasti main game. Bukan Taemin namanya kalau tidak bermain game satu hari saja. Dia itu sama denganku. Gamer Fanatik.

“Hyung, aku sudah selesai, sekarang kau yang mandi,” ucapku menyadarkan dia yang sepertinya tidak sadar kalau aku sudah keluar dari kamar mandinya.

“Ne, cham, ini tanggung.” Dia menjawab tanpa melihat ke arahku dan hanya terus serius dengan game oninenya itu. Dasar Taemin hyung,,,
>*_*<

Aku sudah sampai di taman komplek bersama Donghae hyung dan Taemin hyung. Kata Donghae hyung kita harus menunggu dua orang lagi. Aku tau satu diantaranya pasti Kai, tapi yang satunya aku tidak tahu siapa. Dan jangan bilang itu noona….

Aku telat menyadarinya, ternyata noonaku sudah datang dengan namja berkulit coklat yang biasa kupanggil dengan Kkamjong (kegelapan Jong/ Jong item). Yeah, Sooyeon noona datang dengan Kai, memang siapa lagi temannku yang berkulit coklat??

“Oppa, kau menunggu lama?” Tanya Sooyeon noona pada Donghae hyung. Aku hanya memalingkan wajahku, aku tidak ingin dia melihat aku.

“Sehun, kenapa kau tidak pulang semalam, kau masih marah pada noona?? Noona minta maaf atas kejadian semalam, tapi nanti kau pulang ya?” Kudengar Sooyeon noona berkata padaku. Mungkin sekarang dia berada tepat di belakangku.

Tanpa berkata apapun untuk menjawab kata-kata noonaku aku langsung menggeret Taemin hyung dan Kai menjauh dan meninggalkan noonaku yang ternyata benar-benar berdiri di belakangku.

“Kau masih marah pada noonamu?” Kai bertanya saat kami sudah mulai berlari untuk mengitari komplek tempat tinggal kami. Tapi aku tidak menjawabnya.

“Waegeurae Sehun? Kenapa sikapmu pada Sooyeon noona masih belum berubah?? Bukannya kau bilang kau sudah baikan dengannya?” Kini Taemin hyung yang berlari di sisi kiriku bertanya. Dan Kai ada di sisi kananku, and so pasti aku ada di tengah.

“Sehun, jawab aku!!” Kai mulai lagi memaksaku. Aku jadi kehilangan moodku pada mereka berdua.  Jadi kuputuskan untuk berlari lebih cepat meninggalkan dua namja yang menurutku mirip itu.
“Ya, Jung Sehun!! Kami sedang bertanya!!” Ku dengar Taemin hyung berteriak padaku tapi aku diam saja tak memberi respon pada mereka.
>*_*<
Aku sudah dua kali mengelilingi komplek ini dan sekarang jam yang ada di taman komplek menunjukan pukul 9;30 a.m. Huuh!! Cape juga ya, tapi ini bukan kali pertama aku berolaraga seperti ini, aku sering melakukannya saat kesal pada Sooyeon noona.

Itu kebiasaanku dari dulu. Semenjak aku hanya tinggal dengan noona tepatnya. Kalau aku kesal pada noona, aku akan berlari mengelilingi komplek ini, tapi itu malam hari, beda dengan sekarang. Aku sengaja melakukan itu agar merasa lelah dan saat pulang ke rumah aku akan langsung tidur.

Sebenarnya semalam aku mau melakukan itu, tapi berhubung aku tidak membawa jaket jadi kutunggu Kai dulu, dan saat Kai pulang niatnya aku ingin berlari, tapi dia mengajakku ke rumah Taemin hyung jadi aku urungkan niatku mengingat aku juga belum makan malam.

Hahh!! Aku juga belum sarapan sekarang. Uhh!! Aku lapar sekali. Ini bukan hari sekolah, jadi aku tidak bisa makan di sekolah. Aku harus cepat mencari makan sekarang. Kalau tidak mungkin aku bisa terkena magh.

“Igo,” seseorang menyodorkan aku sebungkus roti berukuran doble. Aku dongakan kepalaku untuk melihat siapa orang yang memberikan aku makanan ini dan meyelamatkan aku dari kelaparan di minggu pagi ini.

Ah, seorang yeoja, dan dia adalah Kim Taeyeon noona, noonanya Kai. “Ambil ini, dan makan lah, aku tau kau laparkan??” Dia tersenyum padaku saat menyodorkan roti itu lagi.

Aku ambil roti itu dan membukanya, sedangkan dia langsung duduk di bangku taman yang juga sedang aku duduki saat ini.

“Kau tidak bersama Kai?? Aku mencari anak itu sekarang,” Tanya Taeyeon noona padaku yang sedang asik memakan sarapan pagiku ini.

“Tadi iya, tapi sekarang tidak, aku tinggalkan dia dengan Taemin hyung. Mungkin mereka sedang bersama dengan Sooyeon noona dan Donghae hyung.” Jawabku setelah aku telan roti yang tadi aku kunyah.

“Kenapa kau tidak bersama mereka?” Taeyeon noona bertanya lagi padaku, dia juga sekarang memakan roti yang dia bawa untuk dirinya, mungkin.

“Aku malas, dan jangan tanya kenapa, aku sedang tidak mood membicarakan hal itu,” ucapku yang langsung mencegah dia untuk tidak bertanya lebih banyak.

“Baiklah aku tidak akan bertanya seperti itu, emp, tapi kudengar dari Kai kemari kau dipukuli oleh anak geng di sekolahmu ya??” Aku mengangguk memberi jawaban. Bukan hal yang aneh kalau Kai mengadu pada noonanya yang seorang advokad ini.

“Apa kah lukamu parah?” Aku menggeleng.

“Hanya sedikit memar di sini.” Kutunjuk sudut bibirku yang sampai sekarang masih terasa sakit jika disentuh.

“Omo!!” Yeoja cantik yang umurnya sama dengan noonaku ini langsung memegang wajahku melihat luka yang ada di sudut bibirku. “Kau bilang ini baik-baik saja?” Aku mengangguk lagi.

“Uljima noona, ini tidak seberapa, ini hanya memar biasa,” ucapku yang langsung menyambung acara sarapan rotiku. Roti yang dia berikan tepatnya.

“Sooyeon tau ini?” Aku diam. Kenapa Taeyeon noona harus bertanya tentang Sooyeon noona sih?? Tak adakah topik lain di dunia ini?

“Huft,” aku menghela nafas kasar dan kujawab pertanyaan Taeyeon noona. “Ne, dia tau, tapi aku ingin dia tidak tau,” Menurutku sekali tidak perduli maka selamanya tak perlu perduli, sekalipun aku ingin dia perduli padaku tapi aku tidak ingin dia perduli lagi, entah lah aku juga bingung dengan apa yang aku inginkan, yang pasti seperti ini lah.

“Waeyo? Kenapa kau ingin dia tidak tau?? Bukannya kau ingin dia terus perduli padamu?” Ehh!! Dia tau dari mana? Seingatku aku tak pernah cerita pada Kai apa lagi pada dia.

“Eh, maksudku semua dongsaeng pasti ingin noonanya perduli padanya bukan? Kai juga sama sepertimu, dia juga selalu merengek padaku walau sebenarnya umurnya itu sudah tidak pantas untuk berbuat seperti itu. Dan pasti kau juga sama bukan? Kau pasti ingin seperti itu juga bukan?” Aku hanya mengangguk lemas.

Taeyeon noona benar, aku memang ingin Sooyeon noona perduli padaku seperti dulu lagi. Tapi aku tetap kesal padanya jika ingat dia sudah berjalan jauh dari janji kami.

“Ya, Jung Sehun, aku kenal noonamu sejak kami masih SMA, itu cukup untukku mengenal seorang Jung Sooyeon. Jadi aku yakin kalau ada masalah kau hanya cukup membicarakannya dengan dia, dan semuanya akan kembali seperti semula.” Aku tidak begitu kaget dia tau kalau aku punya masalah dengan noonaku, aku yakin Kai atau Sooyeon noona yang bercerita padanya.

“Aku tau semuanya dari Kai, dia sudah cerita padaku kau bersikap seperti ini sejak setahun yang lalu.” Dia lebih dulu memberitahuku siapa yang memberitahunya sebelum aku bertanya. Apa dia bisa membaca pikiranku??

“Kau tidak mengerti masalahku noona, jadi kau pasti akan mudah mengatakan itu.” Jawabku masih dengan nada lemas.

“Aku tidak akan tahu jika kau tak cerita, karena dalam hal ini hanya kau dan Tuhan beserta malaikat-malaikanya yang tahu.” Uuhh!! Dia pintar sekali mengkondisikan sesuatu agar bisa mendapat apa yang dia inginkan, kalau aku dalam keadaan tak sadar mungkin aku akan terjebak dan langsung bercerita padanya.

“Kau pintar juga noona, tapi sayang aku juga pintar. Kau terlalu membuang banyak waktu hanya untuk mengatakan kalau kau ingin aku bercerita padamu.” Sahutku.

“Geurae? Kalau begitu aku gagal ya??” Aku tersenyum penuh kemenangan. “Tapi apa kau yakin tidak ingin bercerita padaku? Kata orang menceritakan masalah kita pada orang lain itu bisa sedikit menghilangkan beban.” Aish advokat cantik yang satu ini sepertinya tidak mau kalah dariku.

“Kalau aku cerita padamu, apa untungnya?”

“Paling tidak kau bisa menghilangkan sedikit beban yang kau tanggung, dan kalau aku bisa, akan aku bantu kau menyelesaikan masalahmu,” aku berpikir sejenak. Aku memang butuh seseorang untuk diajak bercerita. Jadi kurasa ini tak salah.
“Noona, apa kau pernah merasa kecewa?” Aku bertanya dengannya sambil menatap seorang Namja Kecil yang sedang bermain kejar-kejaran dengan Yeoja Cilik yang sepertinya adalah noonanya. Itu mengingatkan aku akan Sooyeon noona.

“Dalam hal apa?” Taeyeon noona bertanya padaku, sepertinya dia juga melihat pasangan noona dan dongsaeng yang aku lihat.

“Dalam hal janji. Kau pernah kecewa karena orang yang kau sayang melanggar janjinya sendiri?” Aku lihat Namja Kecil itu menangis ketika dia terjatuh saat bermain, dan Yeoja Cilik yang aku tebak noonanya itu langsung menghampiri Namja Kecil itu.

“Pernah. Rasanya memang sangat menyesakkan. Tapi aku bisa memaafkan orang itu, karena aku sayang padanya.” Aku dengar nada bicara Taeyeon noona mulai berubah, sepertinya dia memang benar pernah merasakan hal itu,karena ada sedikit rasa sakit yang aku rasakan saat mendengar kata-katanya.

“Bagaimana caranya?” Tanyaku. Aku ingin bisa memaafkan Sooyeon noona dan kembali seperti dulu.

“Kalau kau benar sayang padanya, kau pasti bisa memaafkannya. Karena kau pasti tidak ingin dia pergi darimu bukan? Kecuali kalau egomu terlalu besar,” Aku terdiam.

“Sehun, apapun janji yang di langgar oleh Sooyeon aku yakin, dia tidak bermaksud melakukan itu. Aku yakin dia punya alasan kenapa dia bisa melanggar janji itu, hanya kau saja yang harus bisa berusaha mengerti keadaannya.” Taeyeon noona mengelus pundakku.

Aku lihat Yeoja Cilik tadi memeluk namsaengnya dan berusaha menenangkan si Namja Kecil itu agar berhenti menangis. Sepertinya lutut Namja Kecil itu terluka.

“Aku sudah mengerti keadaanya, dan berusaha memaafkannya, tapi dia terlalu sering melanggar janji itu noona,” aku masih tidak mau kalah.

“Kalau begitu nanti akan aku bantu mengatakan padanya kalau dia salah, kau tenang saja, akan aku rahasiakan ceritamu ini. Jadi dia tidak akan tau kalau kau bercerita padaku.”

“Gamshahamnida noona.”

Aku diam dan memperhatikan pasangan noona dan dongsaeng tadi. Sekarang sang Yeoja Cilik itu sedang berjalan menuju jalan raya, sepertinya dia ingin ke toko di sebrang sana. Dia tinggalkan namdongsaengnya taman itu dan berjalan sendiri.

Seenaknya saja dia menyebrang jalan tanpa melihat sekitar, dan sekarang ada sebuah mobil yang melaju kearahnya. “AWAS!!” Teriakku seraya melangkahkan kakiku berlari menyelamatkan Yeoja Cilik itu yang dengan bodohnya malah hanya diam mematung. Apa dia ingin mati??

Aaw!! Kurasakan sakit yang mungkin lebih dari pada sakit yang timbul karena ketua geng gadungan di sekolahku. Sepertinya lutut dan sikuku terluka.

Aku bangun dan langsung mendudukan Yeoja Cilik yang baru saja kuselamatkan dari bahaya itu, sepertinya dia shock. “Gwenchana?” Dia mengangguk.

“Ya!! Kalau jalan hati-hati!!” Teriak si pengemudi tadi.

“Nde, mianhamnida,” ucapku sambil sedikit membungkukan kepalaku. Setelah itu si pengemudi itu pergi lagi.

“Kau tidak luka kan?” Yeoja itu hanya menggeleng. “Lain kali kau menyebrang jalan hati-hati, atau minta tolong orang dewasa untuk menyebrangkan,” dia mengangguk lagi.

Aku bangun dan baru sadar bahwa ternyata buku-buku jariku juga luka. Mungkin karena tadi aku melindungi kepala Yeoja Cilik ini.

“Sehun, gwenchana?” Tanya Taeyeon noona yang datang bersama dengan namsaeng yeoja yang aku selamatkan ini.

Yeoja itu langsung memeluk saengnya. “Mianhae Hyunwoo,” yeoja itu berkata pada saengnya yang sedang terisak.

“Noona, gwenchana, hiks?” Tanya si namja yang tadi dipanggil Hyunwoo.

“Ne, noona gwenchana,” dia menghapus airmata saengya.

“Sunbae, gamshahamnida,” ucap si Yeoja itu dan hanya aku balas dengan anggukan plus senyum yang kubuat seramah mungkin.

“Ne, siapa namamu?” Tanyaku.

“Hyunmi, Cho Hyunmi dan ini saengku namanya Cho Hyunwoo.” Jawab yeoja itu.

“Rumahmu di mana Hyunmi?” Kini Taeyeon noona yang bertanya.

“Di blok 8,” uh, jauh juga rumahnya. Taman ini ada di blok 2, kenapa dia bisa pergi ke taman tanpa orang tuanya sih?? Ke mana appa dan eommanya? Ditambah lagi jalan menuju blok 8 itu melewati dua kali jalan raya yang membelah komplek ini.

“Kalau beitu kajja pulang, akan aku antar.” Ajakku, dan langsung di sambut dengan anggukan setuju Taeyeon noona.

“Ne, sekali lagi jeongmal gamshahamnida sunbae.” Aku gendong Hyunwoo yang kakinya terluka tadi saat bermain dan tersenyum pada Hyunmi.

“Jangan panggil aku sunbae, panggil saja Sehun oppa, arraseo?”

“Arrachi,”

“Dan panggil saja aku Taeyeon eonnie.” Taeyeon noona juga ikut memperkenalkan diri.

“Kajja.” Ajakku.

Baru beberapa langkah aku dan Taeyeon noona berjalan aku sudah kedatangan tamu tak diundang. Tamu yang membuat moodku mendadak berubah.

“Sehun,” kudengar suara Sooyeon noona dan Kai yang menyuarakan namaku. Aku berhenti.

“Sehun neo gwenchana?” Tanya Sooyeon noona sambil melihat wajahku. “Omo!! Kau terluka” tambah Sooyeon noona setelah menyadari buku-buku jariku yang berdarah.

“Siku dan lututmu juga,” Kai menambahkan.

“Naneun gwenchana noona,” jawabku dingin seperti biasa dan melepaskan tangan Sooyeon noona dari tanganku. Setelah itu aku berjalan meninggalkan dia dan yang lainnya –Donghae hyung, Taemin hyung dan Kai-. Aku tau Sooyeon noona pasti sebentar lagi akan menangis karena sikapku yang dengan kasarnya pergi begitu saja.

Mianhae noona, tapi aku masih belum bisa melihat wajahmu. Aku tersiksa ketika melihatmu. Di satu sisi aku marah padamu, tapi di sisi lain aku ingin memelukmu. Makanya aku bilang aku tersiksa.
Sehun POV End

>*_*<

Sooyeon menangis lagi. Di taman itu dengan ditemani oleh namjachingunya juga Taemin dan Kai.  Sedang Taeyeon ikut dengan Sehun mengantar kedua anak tadi.

“Oppa, salahku apa?” Tanya Sooyeon pada Donghae dalam tangisannya.

“Ani, kau tidak salah Sooyeon. Mungkin Sehun hanya sedang emosi saja, makanya dia bersikap kasar.” Jawab Donghae menenangkan yeojachingunya itu.

“Tapi emosi kenapa?”

“Mungkin dia emosi karena pengemudi yang tadi hampir menabrak Yeoja Cilik tadi noona, kau tenang saja.” Kini Taemin yang berbicara dan disambut anggukan kepala dari Kai dan Donghae.

“Sudahlah, jangan menangis terus. Kau itu jelek saat menangis, jadi berhenti ya??” Tangan Donghae bergerak mengahapus jejak-jejak air mata di pipi yeojanya itu.

“Kajja kita pulang, kita harus menyiapkan P3K untuk Sehun saat pulang. Aku sudah mengirim pesan pada Taeyeon noona untuk mengajak Sehun pulang ke rumah setelah mengantar anak tadi.” Ajak Kai.

“Kajja, kau harus tunjukan perhatianmu padanya. Mungkin dengan begitu dia bisa memaafkanmu.” Kini Donghae yang mengajak.

Sooyeon mengangguk begitu pula dengan Taemin yang dari tadi duduk di sebelah kanan noona cantik calon istri dari hyungnya yang masih kalah tampan dengan dia, menurutnya.

>*_*<

Sehun berjalan pulang setelah mengantarkan dua bocah yang baru saja di tolongnya tadi. Jalan kaki ke blok 8 dengan keadaan lutut berdarah cukup untuk membuatnya merasakan pegal yang bisa membuatnya beberapa kali meringis. Sakit, itulah yang dia rasakan. Ditambah lagi sakit dalam hatinya karena tadi sudah mengacuhkan noonanya yang sebenarnya sangat dia rindukan.

“Kita ke rumahmu,” ucap Taeyeon yang sedari tadi berjalan di samping namja tampan yang bersahabat baik dengan Kai, dongsaengnya.

“Buat apa??” Sehun masih terfokus pada jalanan saat bertanya balik pada yeoja mungil nan cantik di sebelahnya. Yeoja yang kabarnya sudah menarik hati dari seorang namja tampan yang menjadi kepala sekolah termuda dalam sejarah sekolahnya.

Yap, Taeyeon adalah kekasih dari kepala sekolah tempat Sehun bersekolah. Park Jungsoo nama namja yang umurnya hanya terpaut tiga tahun dari Donghae. Namja yang juga merupakan kakak dari salah satu temannya di club game, Park Chanyeol.

“Mengobati lukamu,” Sehun diam mendengar jawaban dari Taeyeon. Dia sadar sekarang, kalau dia menolak berarti itu sama saja dia menantang adu mulut dengan yeoja di sampingnya itu.

Jalan menuju rumahnya memang tidak dekat tapi entah kenapa buat Sehun ini terasa sangat cepat. Tak lama mereka sudah sampai di depan sebuah rumah kecil yang terlihat sangat sederhana, bahkan saking sederhannya rumah itu malah terkesan tak layak pakai.

Sehun masuk ke dalam rumahnya dan Taeyeon mengekor di belakangnya. Tepat setelah dia melepaskan sepatunya seorang yeoja yang membuatnya sakit lebih parah mendekat dan tiga namja tampan mengekor di belakangnya.

Sehun hanya diam dan menurut saat yeoja yang bersetatus noonanya itu menggiringnya ke ruang keluarga yang sekaligus berguna sebagai ruang makan dan ruang TV atau kadang jadi kamarnya saat dia malas tidur satu kamar dengan noonanya.

Tangan Sooyeon bergerak membersihkan luka yang ada pada lutut, siku dan buku-buku jari Sehun yang sampai saat itu masih basah dengan darah. Sesekali Sehun meringis sakit tapi dia tahan.

Alasannya karena di sana juga ada tiga namja lain yang mungkin saja akan menertawakannya jika dia berteriak dan lagi karena ada Sooyeon juga. Dia tak ingin tampil lemah di hadapan orang-orang yang mengelilinginya saat ini. Dia juga ingin tampil hebat sesekali menunjukan apa yang dia bisa.

“Sehun, noona minta maaf, mianhae, jeongmal mianhae Sehun,” ucap Sooyeon yang tangannya masih sibuk menggulungkan perban pada tangan Sehun yang terluka.

Sehun diam. Begitu juga dengan Kai, Taemin, Taeyeon, dan Donghae yang saat ini hanya berperan sebagai piguran saja.

“Aku rasa aku harus pulang sekarang,” ucap Taeyeon yang membuat suasana hening di ruangan sempit itu sedikit mencair. “Kai kau ikut aku pulang, biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka,” tambah Taeyeon seraya menggeret dongsaengnya yang memiliki warna kulit jauh berbeda darinya.

“Kalau begitu aku juga pulang saja, kajja Taem,” Donghae menggeret dongsaengnya untuk mengikuti langkan Taeyeon dan Kai yang sudah lebih dulu keluar.

Kini dalam ruangan sempit itu hanya tersisa dua manusia yang sedang terlibat konflik, tepatnya masalah yang dibuat besar oleh satu pihak. Dan pelakunya adalah namja yang sekarang masih diam dengan memandang lukanya yang tertutup perban.

“Sehun,” yang di panggil tak berekasi saat mendengar suara lembut pemanggilnya.

Sehun POV
“Sehun,” aku diam saja saat Sooyeon noona memanggilku. Aku masih merasa ini bukan saat yang tepat untuk membalas apa yang dia bilang tadi. Aku masih terlalu sakit saat ini.

Taeyeon noona juga, apa sih maksudnya meninggalkan aku dengan Sooyeon noona. Katanya dia mengerti keadaanku tapi kanapa malah membiarkan aku seperti ini. Apa motifnya sebenarnya??

“Sehun,” untuk kedua kalinya Sooyeon noona memanggilku yang masih belum beranjak dati tadi.

“Noona tau kenapa kau seperti ini pada noona. Noona sadar ini memang salah noona,” suaranya terdengar bergetar. Apa dia menangis??

“Sehun mianhae, noona benar-benar minta maaf,” aku masih diam dan tak merespon apapun yang di katakan noona. Dan kini aku yakin dia memangis, karena aku mendengar isakannya.

“Maafkan noona Sehun. Tapi noona memang tak berniat untuk melanggar semuanya. Noona tau noona salah, makanya noona minta maaf, tolong maafkan noona,” kini isakannya menyertai kata-katanya.

Ini terdengar menyakitkan untukku. Aku benci setiap kali Sooyeon noona menangis. Apa lagi kalau dia menangis karenaku. Aku tidak suka mendengarnya terisak, karena itu membuat aku semakin sakit hati. Aku merasa seperti tak berguna saat mendengarnya menangis.

Aku ini namja, dan aku yang seharusnya menjaga juga melindungi noonaku agar dia tak menangis seperti ini. Tapi nyatanya akulah yang membuatnya sering membuang bulir air berlian dari mata indahnya. Akulah yang menyakiti hatinya.

Tapi sekalipun aku memiliki rasa ingin minta maaf padanya aku tidak akan melakukan itu. Tau kenapa?? Karena aku memiliki ego yang besar. Aku sadar akan hal itu, makanya hingga saat ini aku masih diam mendengarnya terisak di belakangku.

Andai aku bisa berpura-pura lupa akan semua rasa sakit ini mungkin saat ini akan aku peluk dirimu noona. Tapi nyatanya saat ini aku tak bisa berpura-pura lupa dan menjadi orang bodoh yang menjatuhkan dirinya di depan orang yang harusnya dia lindungi. Aku masih tetap pada ego dan ideologiku noona.

“Sehun, beri tahu noona apa yang bisa noona lakukan agar kau mau memaafkan noona??” Aku diam. “Jawab Sehun, jangan hanya diam. Kau pasti mendengar noona kan??” Dia mengguncang tubuhku. Saat ini sudah ada di depanku dan menatapku yang tertunduk.

“Jawab!!” Dia berteriak dalam isakannya dan terus mengguncang tubuhku seolah berusaha menyadarkan aku yang sedang mabuk.
Aku mendongak melihatnya. Menatapnya matanya dalam, sangat dalam agar dia merasakan apa yang aku rasakan. Agar dia tau apa yang aku inginkan.

“Jung Sehoon,” ucapnya lirih.
“Noona bilang noona tau apa salah noona, coba noona katakan apa salah noona,” jawabku masih dengan nada dingin yang biasanya aku gunakan.

“Noona sudah melanggar janji noona, noona tak selalu ada untukmu dan tak selalu menemanimu, noona juga sudah sering meninggalkanmu, noona sudah terlalu sering membiarkanmu sendirin, mianhae Sehun.” Kini dia yang menunduk di hadapanku.

“Kalau noona sadar kenapa noona tak berhenti??” Tanyaku lagi. Kini nadaku sedikit berubah lebih tinggi. Jujur aku rasanya ingin sekali memarahi nooanku ini.

“Mianhae, tapi noona memang tak bisa meninggalkan pekerjaan noona,”

“Memang selalu itu yang jadi alasan noona.” Jawabku sinis.

“Aniya Sehun. Kalau noona bisa noona juga ingin punya waktu untukmu. Noona ingin kencan berdua denganmu, noona ingin dinner denganmu dan melakukan hal yang dulu sering kita lakukan berdua,” aku anggap itu pembelaan darinya. Tapi tak sepenuhnya aku menerima itu semua.

“Noona hanya tak ingin kita terus kekurangan seperti saat ini. Noona ingin kau terus sekolah, noona ingin kau lebih dari noona saat ini Sehun, hanya itu.”

“Lalu noona pikir dengan noona bekerja penuh noona bisa membuat semua itu jadi kenyataan?? Noona pikir uang yang noona hasilkan itu akan aku terima begitu saja??” Dia diam menatapku dengan mata yang masih basah dengan air matanya.

“Noona tau?? Dulu aku selalu kasihan melihat noona yang selalu bekerja penuh untukku tapi sekarang aku anggap noona bodoh karena terus melakukan itu dan meninggalkan aku, melupakan janji noona padaku,” tambahku dan dia masih diam.

“Aku ingin bisa lebih dari noona, jadi sebelum noona memintanya aku sudah merancang masa depanku sendiri, dan aku tau apa yang aku butuhkan. Noona benar aku butuh uang untuk semua itu, tapi yang lebih aku butuhkan adalah semangat dan motivasi darimu noona. Aku ingin sekali sharing dengan noona saat aku mendapakan hal baru yang mungkin bisa aku jadikan target, tapi noona selalu sibuk bahkan di hari peringatan kematian eomma dan appa,” ucapku panjang.

“Sehun..” Aku langsung memotong ucapannya karena aku belum selesai bicara.

“Aku kadang iri mendengar Kai yang bercerita kalau Taeyeon noona melarangnya memilih jurusan yang ingin dia mabil di universitas nanti, atau kadang aku iri mendengar Taemin hyung yang harus berusaha mendapat izin dari Donghae hyung untuk bisa ikut club tertentu. Kau tau noona?? Aku juga ingin sekali-kali dilarang olehmu. Tapi nyatanya kau tak pernah tau apa yang aku lakukan jadi mana mungkin kau bisa melarangku. Sekalipun aku bilang kau mungkin hanya akan menjawab terserah aku saja asal itu baik untukku,” aku berhenti mengambil nafas dan aku lanjutkan lagi.

“Aku ingin noonaku yang dulu ada lagi, di sini, aku ingin Sooyeon noonaku yang sangat perhatin padaku dan Sooyeon noonaku yang akan melarangku saat aku bermain dengan anak blok sebelah yang terkenal brutal. Aku rindu teriakan Sooyeon noonaku yang melarangku pergi saat hujan deras, aku rindu saat Sooyeon noonaku menanyakan apa yang akan aku lakukan besok, aku ingin merasakan apa yang dulu aku rasakan,” air mataku turun dan aku biarkan noonaku melihatku menangis.

“Sehun..” Lagi kupotong kata-katanya.

“Aku takut noona, aku takut kau juga akan pergi seperti appa dan eomma, aku takut kau lupa padaku. Jadi sebelum semua ketakutan itu menguasaiku lebih baik aku lari dan pergi darimu. Andai aku bisa, aku ingin tak memiliki rasa sayang ini agar aku tak perlu menyakitimu karena sifatku yang egois menginginkanmu untuk terus ada di sisiku,” tangan Sooyeon noona meraih pipiku mengapus airmataku yang menurutku memalukan ini.

“Sehun, mianhae. Noona memang salah, noona memang tak bisa jadi noona yang baik untukmu, maafkan noona Sehun, dan maaf juga karena noona takut berjanji lagi padamu. Noona takut tak bisa menepatinya lagi, tapi noona akan usahakan untuk bisa jadi yang terbaik, jadi maafkan noona ne??” Entah kenapa kepalaku terasa begitu ringan hingga aku mengagguk dan dia langsung memelukku.

Pelukan yang sudah aku rindukan selama setahun lebih. Pelukan hangat dari noona yang hanya ada satu-satuanya untukku. Tak ada yeoja di dunia ini yang bisa menempati tempat khusus untuk Sooyeon noona dalam hatiku.

“Jangan bersikap dingin pada noona lagi ne??” Aku mengagguk dalam pelukannya.

Entahlah, malam ini aku merasa ingin tidur bersama noonaku lagi. Aku ingin dia yang menyelimuti aku lagi persis seperti dulu setelah eomma pergi meninggalkan kami. Aku ingin bisa memeluk noonaku lagi seperti saat aku masih kecil. Aneh dan tak wajar memang. Tapi Sooyeon noona mengijinkan aku memeluknya saat tidur dan bahkan dia tak keberata aku bersikap childish seperti dulu.

Mungkin dia menganggap ini bayaran dari semuanya. Tapi aku anggap ini adalah doa yang terkabul. Karena sebenarnya aku memiliki doa agar aku dan Sooyeon noona akan selalu ada pada masa anak-anak, agar kami bisa terus bersama dan tak akan ada yang mengganggu, seperti Donghae hyung.

Tapi biar itu tidak mungkin aku masih bersyukur karena aku masih pemilik Sooyeon noona sampai saat ini.

THE END